[caption id="" align="aligncenter" width="251" caption="Sumber: gstatic.com"][/caption]
Pemilihan legislatif 9 April lalu mematahkan argumen bahwa media berpengaruh pada elektabiltas partai. Kita ambil contoh satu partai yang sangat gencar tampil di televise, Hanura. Meskipun partai berlambang anak panah tersebut paling aktif berkampanye di televise ketimbang partai lainnya, tapi nyatanya tidak terlalu berpengaruh pada perolehan suara.
Dari pemberitaan yang ada, yang paling menentukan kemenangan satu partai itu lebih karena politik uang.  Tak bisa dipungkiri, kekuatan money politik sangat besar dalam kemenangan partai. Bayangkan, setidaknya satu orang Caleg saja bisa mengeluarkan minimal Rp 8 miliar untuk meraup dukungan suara. Sedangkan masyarakat yang cenderung skeptis tidak akan mau tahu tentang jejak rekam partai peserta Pileg 2013. Rakyat bawah memiliki pola pikir jangka pendek atau hari per hari. Artinya ketika dapat uang maka langsung pilih siapa yang kasih.
Tentu, Pilpres berbeda dengan Pileg. Dalam Pileg yang bermain itu Caleg. Mereka rela mengeluarkan  uang dengan jumlah yang besar. Kemungkinan money politic di Pilpres itu akan lebih kecil ketimbang Pileg. Caleg yang menang juga belum tentu bersedia mengeluarkan uang lagi. Artinya butuh kekuatan besar untuk mempengaruhi pilihan masyarakat salah satu caranya lewat media massa.
Kita lihat pertarungan media pada Pilpres mendatang. Media milik Surya Paloh seperti Metro TV dan Media Indonesia, sudah barang tentu akan berpihak pada Jokowi.  Segmen penonton Metro TV merupakan kalangan dan jumlahnya tidak terlalu besar. Media milik Chairul Tanjung sepertinya akan bersikap netral, kemanapun akan masuk. CT membagi kue dengan sama rata untuk mencari aman.
Tetapi  jika nanti ada poros baru yang akan dibuat SBY atau Demokrat sebagai play maker, maka CT pasti akan lebih condong ke SBY seperti pada pemilu - pemilu sebelumnya. CT juga cenderung berpihak pada PKS. Kemudian media milik Aburizal Bakrie, tidak perlu dipertanyakan lagi, sudah tentu menjadi milik Golkar. Tetapi sama halnya dengan Metro TV, televise milik Ical yaitu TV ONE sebagai tv berita tidak banyak ditonton.
Lalu siapa yang akan jadi penentu? MNC Group. Media – media di bawah bendera MNC yang akan menentukan siapa yang akan jadi pemenangnya. Kenapa? Karena selain memiliki jaringan media terbesar di Indonesia, media MNC juga merangkul semua kalangan masyarakat dari bawah sampai atas. Dengan begitu, pesan kampanye akan lebih mudah disebarkan kepada seluruh penduduk Indonesia dimanapun.
Partai – partai pemenang Pileg tentu harus jeli melihat arah koalisi. Karena Pilpres bukan Pileg. Money politic akan lebih kecil karena pertarungan hanya antara Capres/Cawapres bukan Caleg – Caleg yang jumlahnya ribuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H