"Mana berita pemalsuan PCR oleh polisi?," tulis redaktur saya melalui pesan singkat WhatsApp.
Peristiwa pemalsuan PCR tersebut merupakan kasus pertama yang saya beritakan saat berada di Natuna. Saya harus mengirim berita dengan cepat.
Waktu itu, saya harus menunju lokasi yang berada di dataran tinggi. Saya harus mendapatkan jaringan internet yang bagus agar beritanya cepat terkirim.
Masalah seperti itu tidak terjadi sekali saja. Bahkan berulang kali sampai saya mendapat teguran dari pimpinan redaksi karena telat mengunggah dan mengirim berita. Salah satunya seperti liputan Kapal Ikan Asing Vietnam yang marak melakukan Illegal Fishing di Laut Natuna Utara.
Jaringan internet merupakan faktor utama yang membuat saya kesulitan mengirimkan berita. Kualitas internet di Natuna sangat jauh dari standar. Padahal wilayah ini merupakan daerah yang sangat penting bagi kedaulatan Indonesia.
****
Jaringan internet masuk ke Natuna sekitar tahun 2017. Meski tergolong wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), cakupan internet di Natuna sebetulnya belum tercukupi dengan baik.
Ada beberapa desa di Natuna yang masih terkendala dalam mengakses internet. Hal itu dipicu kondisi topografi beberapa wilayah di pulau ini.
Salah satunya pulau Bunguran Besar yang terhalang dataran tinggi Gunung Ranai. Akibatnya, jangkauan internet dan telekomunikasi di wilayah itu jadi terhambat.
Terkadang warga setempat harus rela mencari sinyal ke dataran lebih tinggi untuk bisa mengakses internet. Pasalnya, manfaat internet bagi warga di Natuna dan semua profesi sangat besar.
Salah satu manfaat internet bagi para jurnalis adalah menyiarkan informasi kepada masyarakat. Internet memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi dari proses jurnalistik tanpa kendala geografis.