Mohon tunggu...
Rifky Pradana
Rifky Pradana Mohon Tunggu... -

Seseorang pria yang bukan termasuk golongannya rakyat 'Jelita', hanya seorang rakyat 'Jelata' saja, yang suka iseng, yang suka mengisi waktu nganggurnya untuk menghibur dirinya dengan membaca dan menuliskan uneg-unegnya yang dipostingkan di blog komunitas : Kompasiana, Politikana, serta di milis-milis yahoogroups.com : Forum Pembaca Kompas, Mediacare, Media Umat, Ekonomi Nasional, PPI-India, Indonesia Rising, Nongkrong Bareng Bareng, Wartawan Indonesia, Zamanku, Eramuslim, Sabili, Mencintai Islam, Syiar Islam, dengan nickname rifkyprdn@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ambarukmo & Sumpah Sultan Jogja

12 Desember 2010   19:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:47 17357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman sekarang ini mungkin orang lebih mengenal Ambarukmo Plaza dibandingkan dengan Hotel Ambarukmo, bahkan mungkin malahan tak mengenal Pesanggrahan Ambarukmo yang diapit oleh Ambarukmo Plaza dan Hotel Ambarukmo.

Ambarukmo Plaza atau orang Jogja biasa menyebutnya dengan singkatan Amplaz merupakan mal pusat perbelanjaan dan hiburan yang terbesar dan terlengkap di kota Yogyakarta ini –walau secara administratif berada di wilayah kabupaten Sleman- dibangun tahun 2005 oleh PT. Putera Mataram Mitra Sejahtera.

PT. Putera Mataram Mitra Sejahtera ini merupakan perusahaan properti yang ditunjuk oleh pihak Keraton Kasultanan Yogyakarta untuk mengembangkan dan mengelola komplek Ambarukmo yang seluas sekitar 6 hektar dengan skema BOT (Build Operating Transfer) selama 30 tahun.

Maka disamping membangun dan mengelola Ambarukmo Plaza, perusahaan properti lokal miliknya Tjia Edi Susanto ini juga akan merenovasi dan mengoperasikan Hotel Ambarukmo.

Hotel Ambarukmo yang sudah berhenti beroperasi terhitung semenjak tahun 2004 itu akan direnovasi oleh PT. Putera Mataram Mitra Sejahtera dengan tanpa merubah bentuk luarnya, hanya memperbaiki bagian dalam ruangan saja.

Rencananya tahun 2011 mendatang, hotel yang mempunyai 220-an kamar ini akan dioperasikan kembali dengan nama baru, Hotel Graha Santika Ambarukmo.

Pengoperasian hotel itu akan bekerjasama dengan PT. Grahawita Santika, anak perusahaan dari kelompok Kompas Gramedia yang merupakan pengelola jaringan Hotel Santika.

Hotel Ambarukmo yang merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Yogyakarta ini diresmikan pengoperasiannya pada era tahun 1960-an saat Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Menteri Ekuin.

Hotel ini dulunya dibangun dengan dana pampasan perang Jepang yang merupakan hasil dari perjanjian bilateral antara Indonesia dengan Jepang pada 28 Januari 1958 soal pampasan perang yang disahkan DPRRI pada tanggal 13 Maret 1958 dan diundangkan pada 27 Maret 1958.

Dana pampasan perang Jepang itu juga dipakai untuk membangun Hotel Indonesia di Jakarta, Samudera Beach Hotel di pantai Pelabuhan Ratu, Bali Beach Hotel di pantai Sanur Bali, gedung toserba Sarinah di Jakarta, simpang susun Semanggi di Jakarta, stadion utama Gelora Bung Karno di Senayan Jakarta, Bendungan Jatiluhur di Jawa Barat, Gedung MPR/DPR di Jakarta, Tugu Monas di Jakarta, Masjid Agung Istiqlal di Jakarta, dan beberapa yang lainnya.

Menurut rencana, Pesanggrahan Ambarukmo yang dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855) dan diselesaikan pada masa Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921), juga akan direvitalisasi dan dioperasikan kembali sebagai gedung pertemuan dan resepsi pernikahan.

Pesanggrahan Ambarukmo ini dulunya merupakan tempat kediaman Sultan Hamengku Buwono VII sesaat setelah beliau turun tahta atau lengser keprabon dan madheg mandhito.

Beliau disebut Sultan Sugih lantaran pada masa pemerintahannya, pemerintah Hindia Belanda banyak mendirikan pabrik gula di Yogyakarta sampai hampir mencapai 20 buah, yang salah satunya masih beroperasi sampai hari ini adalah pabrik gula Madukismo.

Turun tahtanya Sultan Hamengku Buwono VII atau Sultan Sugih yang wafat pada tanggal 30 Desember 1931 ini, sampai hari ini masih menimbulkan tanda tanya seputar peristiwa itu, mengingat tidak banyak Sultan di kerajaan Mataram yang turun tahta sebelum wafat.

Lantaran itulah maka muncul rumor pula bahwa Sultan di era sesudahnya tak akan ada yang wafat di istananya, lantaran Sultan Hamengku Buwono VII sesaat setelah turun tahta pernah berucap sepoto yang bahwasanya, “Tidak akan pernah ada raja yang meninggal di keraton setelah saya”.

Akhirulkalam, umur dan cara kematian serta tempat kematian merupakan rahasia milik Allah SWT semata.

Namun, wafatnya Sultan Hamengku Buwono VIII saat diperjalanan dari Batavia ke Yogyakarta, dan Sultan Hamengku Buwono IX saat berada di Washington DC Amerika Serikat, adakah hubungannya dengan ucapannya Sultan Hamengku Buwono VII tersebut ?.

Wallahualambishshawab.

*

*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun