Mohon tunggu...
Rifky Pradana
Rifky Pradana Mohon Tunggu... -

Seseorang pria yang bukan termasuk golongannya rakyat 'Jelita', hanya seorang rakyat 'Jelata' saja, yang suka iseng, yang suka mengisi waktu nganggurnya untuk menghibur dirinya dengan membaca dan menuliskan uneg-unegnya yang dipostingkan di blog komunitas : Kompasiana, Politikana, serta di milis-milis yahoogroups.com : Forum Pembaca Kompas, Mediacare, Media Umat, Ekonomi Nasional, PPI-India, Indonesia Rising, Nongkrong Bareng Bareng, Wartawan Indonesia, Zamanku, Eramuslim, Sabili, Mencintai Islam, Syiar Islam, dengan nickname rifkyprdn@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Modus Pencurian Data Nasabah Bank

9 April 2010   06:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:54 5003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejahatan perbankan itu beraneka ragam tingkatan kelasnya mulai dari kelas teri sampai kakap. Modusnya pun semakin bervariasi, mulai dari cara sederhana sampai yang rumit dengan melibatkan teknologi canggih.

Pelakunya bisa individu perorangan, namun bisa pula operasinya dioperatori oleh suatu bentuk organisasi atau jaringan yang rapi.

Bahkan bisa pula dengan melibatkan karyawan yang berada di internal bank yang bersangkutan, baik itu karyawan tetap maupun karyawan outsourcing.

Tingkatan kelas teri, biasanya beroperasi dengan menyasar langsung kepada nasabah banknya, dalam arti kata kerugian yang ditimbulkan langsung dirasakan dan ditanggung oleh nasabahnya.

Salah satu contoh yang pernah terjadi baru-baru ini antara lainnya adalah kejahatan pembobolan rekening nasabah melalui ATM dan Kartu Kredit serta Internet Banking.

Walaupun disebut kelas teri, namun akibat dampaknya tak bisa dianggap ringan saja. Bisa-bisa yang kelas teri ini pun mampu menimbulkan dampak yang sistemik.

Sedangkan tingkatan yang disebut kelas kakap itu biasanya tak menyasar langsung kepada nasabah.

Tingkatan kejahatan di kelas kakap ini tentu lebih sangat sistemik dampaknya, dibandingkan sistemiknya kejahatan yang kelas teri.

Walau tak menyasar langsung kepada nasabah, namun akibat dan dampak rentetan kerugiannya secara tak langsungnya justru tak hanya dirasakan dan ditanggung oleh nasabahnya saja. Seluruh rakyat Indonesia yang tidak termasuk nasabahnya pun akan merasakan dampaknya.

Salah satu contohnya antara lain kejahatan sebagai dampak yang ditimbulkan dari kebijakan Blanket Guarantee atas kerugian yang diderita institusi bank yang bersangkutan. Kasus BLBI dan Bailout bank Century, sebagai salah satu contoh nyatanya.

Tulisan kali ini, pokok bahasannya akan difokuskan di bagian kecil dari rangkaian kejahatan perbankan yang mungkin dikategorikan sebagai kelas teri saja, yaitu di modus pencurian data nasabah bank.

Sebagaimana diketahui, kejahatan pembobolan rekening nasabah melalui ATM dan Kartu Kredit serta Internet Banking itu tak akan bisa dilakukan jika si pelaku tak mempunyai data nasabah yang rekeningnya akan disasar.

Modus pencurian data itu bisa bermacam-macam caranya.

Konon katanya, ada modus pengkloningan melalui data kartu ATM melalui bantuan peralatan semacam Skimmer. Atau, bisa juga data nasabah itu justru dipasok oleh karyawan di bank yang bersangkutan. Juga bisa melalui penyusupan langsung ke data base di bank yang bersangkutan.

Namun, bisa juga data itu oleh pelaku pembobolan berhasil dicollect dari nasabah yang bersangkutan, tanpa nasabah yang bersangkutan menyadarinya.

Nah, kali ini secara khusus akan menyoroti dipermasalahan pencurian data nasabah yang dicollect dari nasabah tanpa si nasabah yang bersangkutan menyadarinya.

Pelaku kejahatan berpura-pura berlaku sebagai petugas telemarketing dari salah satu bank, menghubungi nasabah ke nomer telepon rumah si nasabah tersebut.

Telepon rumah yang biasanya digunakan, karena tak seperti telepon seluler, biasanya telepon rumah jarang yang dilengkapi dengan fasilitas peralatan yang dapat mengidentifikasikan nomer telepon pemanggilnya.

Lalu si telemarketing gadungan itu akan menawari kepada nasabah yang bersangkutan berupa kenaikan plafond pemakaian kartu kreditnya. Atau, pemberian fasilitas Personal Loan berupa KTA (Kredit Tanpa Agunan). Atau, pemberian fasilitas asuransi tambahan. Atau, pembukaan rekening tambahan bagi anak atau isterinya atau anggota keluarganya yang lainnya.

Bisa juga itu berupa tawaran pemberian fasilitas sejenisnya yang diperkirarakan akan dibutuhkan oleh si nasabah tersebut.

Bahkan yang lebih gawatnya lagi, si telemarketing gadungan itu mengaku sebagai account officer dari bank yang bersangkutan untuk mengkonfirmasikan sebuah transaksi yang membutuhkan konfirmasi dari pemilik rekening tersebut.

Transaksi itu sebenarnya tidak ada, atau tidak terjadi. Sehingga tentu si nasabah akan mengkonfirmasikan penolakannya atas transaksi itu.

Konsekuensi dari hal-hal tersebut diatas, baik yang berupa pemberian fasilitas oleh telemarketing gadungan, ataupun konfirmasi transaksi oleh account officer gadungan itu membutuhkan konfirmasi data vital dari si nasabah yang yang bersangkutan.

Jika itu berupa pemberian fasilitas, maka untuk mengaktifkannya diperlukan konfirmasi data vitalnya nasabah. Si telemarketing gadungan itu akan mengkonfirmasikan data nasabah mulai dari tanggal lahir juga alamat penagihan sampai dengan nama ibu kandung.

Demikian juga halnya jika itu berupa konfirmasi penolakan atau pembatalan atas transaksi yang dikonfirmasikan, maka si account officer gadungan juga akan membutuhkan konfirmasi data serupa untuk mengaktifkan pembatalan atas transaksi itu.

Tanpa disadari oleh nasabahnya, si pelaku akan berhasil mendapatkan data vital dari nasabah tersebut.

Modus tersebut diatas, bahkan juga dilakukan tanpa melalui panggilan telepon, namun melalui penawaran kartu kredit di tempat-tempat umum, seperti mal atau tempat pusat perbelanjaan.

Saat seseorang menerima tawaran itu, maka yang bersangkutan tentu harus mengisi formulirnya. Sedangkan di dalam formulir itu tentu harus ditulis data vital nasabah yang dibutuhkan untuk persetujuannya.

Berkaitan dengan itu, para nasabah tentu harus ekstra berhati-hati terhadap modus yang seperti tersebut diatas.

Salah satu cara dari sekian banyak cara untuk menghindari pencurian data oleh telemarketing gadungan atau account officer gadungan itu sebenarnya relatif sederhana.

Sederhana, namun sedikit meribetkan dan merepotkan.

Jika si telemarketing gadungan atau account officer gadungan itu mulai mengkonfirmasikan data-data vital, ada baiknya minta kepada telemarketing gadungan atau account officer gadungan itu untuk menyebutkan nama beserta nomer telepon dan nomer ekstension yang bisa dipakai untuk menghubungi mereka.

Sampaikan bahwa untuk keamanan bersama maka kita yang akan menghubungi mereka di nomer telepon dan ekstension yang sudah diberikan itu.

Setelah sambungan telepon untuk sementara diputus, segera hubungi call centre dari bank yang bersangkutan. Konfirmasikan apakah nomer telepon beserta nomer ekstension itu benar merupakan nomer telepon telemarketing atau nomer telepon account officer di bank yang bersangkutan.

Setelah petugas di call centre itu mengkonfirmasikan kebenarannya, segera telepon balik ke nomer telepon dan nomer ekstension dari si telemarketing atau si account officer yang tadi.

Setelah tersambungkan, barulah mereka diminta untuk menelpon balik ke nomer telepon milik kita untuk melanjutkan konfirmasi yang tadi sempat tertunda.

Ribet dan merepotkan, namun apa boleh buat jika itu dirasakan dapat lebih menjamin keamanan kita sebagai nasabah.

Berkaitan dengan permasalahan itu, disamping para nasabah juga berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga dirinya. Seharusnya pihak perbankan juga harus mulai berfikir untuk mencarikan cara agar nasabahnya terlindungi.

Sebab, sungguh mengherankan si telemarketing gadungan itu bisa sampai mendapatkan data nomer telepon rumah nasabahnya beserta dengan keterangan bahwa si nasabah itu mempunyai rekening giro atau tabungan atau kartu kredit dari sebuah bank yang spesifik memang dipunyai oleh si nasabah tersebut.

Si nasabah tentu menjadi tidak curiga saat dihubungi si telemarketing gadungan atau account officer gadungan yang mengaku dari sebuah bank tertentu dimana si nasabah tersebut memang mempunyai kartu kredit atau rekening giro atau tabungan di bank tersebut.

Bahkan si telemarketing gadungan atau account officer gadungan itu dapat menyebutkan dengan tepat nama lengkap beserta nomer rekeningnya si nasabah tersebut.

Akhirulkalam, seharusnya pihak perbankan tidak selayaknya berlaku lepas tangan atas hal-hal tersebut diatas.

Pihak perbankan disamping terus mengembangkan sistem yang semakin memberikan kemudahan bagi nasabahnya, juga sudah seharusnya semakin meningkatkan sistem pengamanan terhadap keamanan nasabahnya termasuk keamanan data nasabah.

Di masa depan, persaingan antar bank tak hanya akan ditentukan oleh keramahan dan kenyamanan serta kemudahan yang dapat diberikan oleh sebuah bank kepada nasabahnya.

Disamping pertimbangan diseputar imbal balik keuntungan yang dapat diberikan oleh bank itu bagi uang simpanannya.

Sangat bisa jadi, nasabah juga akan mulai melihat bagaimana bank yang bersangkutan memberikan jaminan bagi keamanan uang simpanannya, dan jaminan bagi keamanan data diri nasabahnya.

Wallahualambishshawab.

*

Catatan Kaki :

  • Artikel bertema perbankan yang membahas jaminan keamanan atas dana simpanan nasabahnya dapat dibaca dengan mengklik di ‘Bank Makin Tak Aman’ , dan yang membahas modus kejahatan melalui internet banking dapat dibaca dengan mengklik di ‘Internet Banking Masih Amankah ?’ , serta yang membahas modus pembobolan harta nasabah bank yang disimpan di Safe Deposit Box dapat dibaca dengan mengklik di ‘Masih Amankah Safe Deposit Box ?’ .
  • Artikel bertema perpajakan yang membahas binatang peliharaannya Direktur Jenderal Pajak dapat dibaca dengan mengklik di ‘Kebun Binatangnya Dirjen Pajak’ , dan yang membahas kesenjangan gaji yang mencolok antara gaji pegawai pajak dengan gaji pegawai lainnya dapat dibaca dengan mengklik di ‘Mencemburui Aparat Pajak’ , serta yang membahas kebijakan renumerasi yang pilih kasih berkait dengan mereka yang pusing cari duit dan mereka yang pusing buang duit dapat dibaca dengan mengklik di ‘Insinyur pusing Cari Duit, Sri Mulyani pusing Buang Duit’.
  • Artikel bertema kesehatan yang membahas sakit lupa ingatan yang diderita saksi kunci kasus suap pemilihan DGS Bank Indonesia dapat dibaca dengan mengklik di ‘Isri Pejabat PKS Sakit Ingatan’ , dan yang membahas mitos kokain sebagai obat untuk meningkatan kesehatan dapat dibaca dengan mengklik di ‘Kokain meningkatkan Kecerdasan’ , serta yang membahas alat bantu seksual berupa robot canggih berteknologi artificial intelligence dengan kulit sintetis seperti manusia dapat dibaca dengan mengklik di ‘Roxxxy si Robot Seks’ .

*

Gambar ilustrasi berasal dari sini yang di copy paste dari sini .

*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun