Mohon tunggu...
Rifky Pradana
Rifky Pradana Mohon Tunggu... -

Seseorang pria yang bukan termasuk golongannya rakyat 'Jelita', hanya seorang rakyat 'Jelata' saja, yang suka iseng, yang suka mengisi waktu nganggurnya untuk menghibur dirinya dengan membaca dan menuliskan uneg-unegnya yang dipostingkan di blog komunitas : Kompasiana, Politikana, serta di milis-milis yahoogroups.com : Forum Pembaca Kompas, Mediacare, Media Umat, Ekonomi Nasional, PPI-India, Indonesia Rising, Nongkrong Bareng Bareng, Wartawan Indonesia, Zamanku, Eramuslim, Sabili, Mencintai Islam, Syiar Islam, dengan nickname rifkyprdn@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tradisi Setoran Polri

22 Maret 2010   00:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:16 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polisi suka minta duit, pak !”, kata Susno Duadji.

Apa Buktinya ?”.

Ayah dan mamang (paman) saya, pak. Mereka kenek dan supir, sering dimintai duit sama polisi”, jawab Susno Duadji.

Begitulah penggalan dari percakapan Susno Duadji saat mengikuti tes wawancara di Sukabumi sewaktu akan masuk ke Akabri Kepolisian.

Percakapan seperti yang tersebut diatas yang tertulis di buku ‘(Bukan) Testimoni Susno’ terbitan Gramedia Pustaka Utama itu menimbulkan pertanyaan, mengapa polisi yang bertugas di jalan raya terkesan suka meminta uang kepada para kernet dan supir ?.

Hal itu kemungkinan besar ada kaitannya dengan tradisi dan budaya setor menyetor.

Anggota polisi menyetor ke Kasatlantas atau Kasatserse, lalu Kasatlantas dan Kasatserse menyetor ke Kapolres, Kapolres menyetor ke Kapolwil yang nantinya akan menyetor untuk melayani Kapolda.

Orang-orang yang takut ditangkap, seperti pengusaha judi dan pelaku penyeludupan menyetorkan sejumlah uang kepada penyidik Polri.

Inilah yang ditengarai oleh beberapa kalangan sebagai lingkaran setan tradisi setor menyetor yang teramat sulit untuk diputuskan.

Tapi, benarkah lingkaran setan itu tak mungkin diputuskan ?.

Memang sulit untuk diputuskan, namun sebenarnya masih bisa diputuskan, jika dimulai dari pihak yang menerima setoran.

Gebrakan memutus lingkaran setor menyetor itu harus dimulai dari pucuk pimpinan tertingginya yang tak lagi mau menerima setoran dari bawahannya.

Sehingga dengan demikian, dijajaran bawahannya tak lagi terbebani dengan tanggungjawab untuk kejar setoran.

Dampak lanjutannya, untuk masuk ke pendidikan menjadi anggota Polri atau ke jenjang kepangkatan yang lebih tinggi pun akan menjadi terbebas dari kewajiban menyetorkan uang sejumlah tertentu.

Akhirulkalam, berkait dengan perilaku memeras dan menerima setoran itu, Susno mengatakannya sebagai perilaku zaman jahiliyah.

Berkait dengan seputar soal perilaku zaman jahiliyah tersebut, didalam buku yang ditulis oleh itu IzHarry Agusjaya Moenzier itu Susno Duadji mengatakan bahwa, “Ingat, memberantas korupsi bukan dimulai dari polisi yang bertugas di jalan raya, tetapi mulai dari pimpinan tertingginya”.

Dan mungkin hal itu pula yang menjadi dasar pertimbangan Susno Duadji sewaktu memberikan briefieng kepada jajaran dibawahannya di ruang rapat Mapolda Jabar, sehingga Susno mengatakan bahwa, “Jangan pernah setori saya”.

Nah, benarkah Susno Duadji tak pernah menerima setoran uang dari jajaran dibawahnya ?.

Dan, benarkah pucuk pimpinan tertinggi di Polri juga tak pernah mau disetori uang dari jajaran dibawahnya ?.

Wallahulambishshawab.

*

Catatan Kaki :

  • Artikel yang membahas seputar kasus penggelapan barang bukti oleh beberapa jenderal polisi yang bekerjasama dengan aparat pajak, dapat dibaca di‘ Kapolri adalah Kuncinya ‘.
  • Artikel yang membahas seputar Susno yang harus bicara karena tanpa itu maka setengah kebenaran lebih jahat dari kejahatan itu sendiri, dapat dibaca di‘ (Bukan) Testimoni Susno ‘.
  • Artikel yang membahas seputar kesaksian dan testimoni Susno di depan sidang Pansus DPR perihal Skandal Bank Century, dapat dibaca di‘ Bola Umpan dari Susno Duadji ‘.

*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun