Sebagaimana kita ketahui, pada beberapa saat yang lalu, George Soros telah bertemu dengan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Pertemuan antara Boediono dengan Soros yang dilaksanakan di istana Wakil Presiden itu tak pelak lagi kemudian menimbulkan berbagai macam spekulasi tebakan dan dugaan tentang apa dibalik maksud kedatangan Soros tersebut.
Tak ada penjelasan resmi yang disampaikan selain bahwa pertemuan tersebut merupakan pertemuan ramah tamah saja.
Namun seperti yang menjadi pengetahuan publik, bahwa kedatangan Soros itu tepat ketika bayang-bayang ancaman terjadinya pemakzulan atas Boediono, dan ditengah isu akan terjadinya pelengseran atas Sri Mulyani yang akan dilaksanakan bersamaan dengan reshuffle kabinet.
Pihak istana Presiden memang membantah keras bahwa akan ada pelenseran terhadap Sri Mulyani. Walau tak menampik bahwa partai yang berkuasa, partai Demokrat, mengusulkan adanya reshuffle kabinet.
Tak dapat dipungkiri, sikap keras kepala dan kencangnya semangat Pansus DPR dalam melakukan penyelidikan atas kasus skandal bank Century ini, membuat posisi sulit bagi Presiden SBY.
Jika kasus ini berakhir tanpa tumbal yang dipersalahkan, maka bisa jadi dapat membahayakan pemerintahan Presiden SBY, lantaran akan terjadi ketidak puasan di kalangan publik.
Sederhananya, harus ada yang dipersalahkan, agar tidak menimbulkan ketidak puasan di kalangan publik.
Ketidak puasan itu memang tak akan sampai meledak menjadi gerakan massa yang membahayakan.
Namun ketidak puasan itu bisa menjadi ibarat semacam bara yang disimpan didalam sekam. Dimana jika ada angin kencang maka bara itu akan membakar sekam yang menyelimutinya itu.
Dalam arti kata, jika dalam setahun atau dua tahun kedepan ada sesuatu kasus atau sesuatu ketidak puasan, misalnya kenaikan harga BBM, maka bara ketidak puasan atas kasus bank Century ini bisa menjadi semacam bom waktu yang berbahaya.
Oleh sebab itu, sepertinya tak ada pilihan bagi Presiden SBY selain harus memilih satu diantara Boediono atau Sri Mulyani.
Nah, bisa jadi kedatangan Soros itu secara tersirat sebenarnya merupakan gertakan dan ancaman yang ditujukan kepada Presiden SBY.
Gertakan dan ancaman oleh Soros itu bisa jadi berkaitan dengan ekonomi nasional Indonesia.
Dalam arti kata, jikalau keinginan Soros tidak dipenuhi maka ekonomi Indonesia akan diobrak-abrik, sebagaimana Soros melakukannya terhadap Indonesia di akhir tahun 1990-an.
Bisa jadi berupa ancaman bahwa jangan coba-coba lengserkan Sri Mulyani, karena jika itu dilakukan maka Soros akan mengobrak-abrik ekonomi Indonesia.
Atau bisa jadi juga berupa gertakan bahwa jangan coba-coba sentuh Boediono, karena jika itu dilakukan maka Soros akan mengobrak-abrik ekonomi Indonesia.
Berkait dengan itu, kira-kira ancaman dan gertakan manakah yang dimaksudkan oleh Soros ?.
Wallahulambishshawab.
*
Catatan Kaki :
Artikel lain yang berjudul ‘George Soros dan Boediono serta Musdah Mulia’ dapat dibaca dengan mengklik di sini , dan yang berjudul ‘Yahudi Bertawaf’ dapat dibaca dengan mengklik di sini , serta yang berjudul ‘Dubes Indonesia untuk Israel’ dapat dibaca dengan mengklik di sini .
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H