“Sekarang giliran kalian kawan? Aku akan membalas pelecehan ini dengan lebih tak berperasaan! Sulan bergumam dalam dendam, menyusun rencana berikutnya. Warjo, Damin, dan Daim, masih terlena dalam tawanya hingga tak menyadari apa yang akan dilakukan Sulan terhadapnya. Sulan kembali mengumpulkan kerikil tanah kering, kali ini dengan lebih banyak lagi. Sulan sudah betul-betul buas.
“Klepakk!peluru kendali krikil tanah kering meluncur menghantam punggung Damin, belum sempat memalingkan wajahnya, disusul serangan berikutnya.
“Klepakk! Klepakk! Klepakk! Serangan bertubi-tubi dilancarkan kepada ketiganya tanpa rasa berdosa, Air muka Sulan yang imut seketika berubah garang, ketiganya membaca gelagat yang tak beres, kali ini Sulan berubah menjadi monster yang menakutkan, “Dia betul-betul serius” bukan marah bohongan. ketiganya terpekik diam, gelak tawanya tak terdengar lagi, ketiganya berusaha menghindari serangan, namun sia-sia, karena jarak ketiganya dengan sumber serangan tak terlalu jauh, hanya berjarak puluhan meter, nyaris serangn itu tak dapat dihindarkan.
Melihat lawanya hanya berusaha menghindar, Sulan makin naik pitam, diraihnya golok yang terselip dipinggangnya, dengan membabibuta dikibas-kibaskanya mata golok itu pada ketiganya. Seperti orang kesurupan golok itu dikibaskan kearah orang yang terdekat, Daim, untung saja Daim cepat menghindar, jika terlambat sedikit saja pasti nyawanya menyusul salah satu burung tlimbukan yang sudah menjadi korban kekejaman Sulan. Karena melihat keadaan yang tak terkendali, dengan dikomando oleh Warjo.
“Lariiiiiiiii!!! Ketiganya serempak menghambur lari terbirit-birit, masuk lebih dalam kedalam hutan pete cina dengan formasi berpencar, tujuanya mengecoh Sulan yang terus memburu ketiganya, makin dalam mereka masuk kedalam hutan, dengan nafas tersengal-sengal dan berusaha menyibakan semak dan pohon sulangsing, ketiganya terus berlari menghindari bahaya yang terus memburu dibelakangnya. Kali ini pengejaran fokus kepada satu orang, yaitu Warjo sebagai komandan musuh. Aksi nekat itu terus dilakukan Sulan.
“Asu teless, kunyuuk, bajingan! Samapai dimana kalian bisa lari akan kukejar telus! Sumpah serapah itu terus meluncur dari mulut Sulan dengan logat cadelnya. Nafasnya tersengal-sengal tapi tak menyurutkan pengejaranya. Tekatnya bulat untuk melukai lawanya. Tapi sayangnya Warjo mempunyai postur tubuh lebih tinggi diantara mereka berempat dengan langkah yang lebih panjang, otomatis larinya lebih cepat, membuat Sulan tertinggal jauh dibelakang, hingga akhirnya menghentikan pengejaranya.
(Back:lanjutan 2-Novel (KILAR)
(Next: lanjutan 4-Novel (KILAR)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H