Mohon tunggu...
Jabal Akbar Al
Jabal Akbar Al Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai! Terima kasih sudah berkunjung di profil kami.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Buku "Pendidikan Kaum Tertindas"

13 April 2022   08:59 Diperbarui: 13 April 2022   09:10 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sistem ini menciptakan suasana di mana pelajar mendapatkan ilmu dari pendidik dan begitupun sebaliknya, pendidik mendapatkan ilmu baru dari hasil pemikiran pelajar. Sehingga dengan adanya sistem ini, permasalahan tentang penindasan akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

Bertahun-tahun pemikiran dari Fierce ini dipakai, namun tradisi sistem pembelajaran ini belum turut serta membaik. Banyak sekali permasalahan pendidikan yang terjadi dan "pendidikan kaum tertindas" masih saja berjalan. 

Banyak akal yang dilakukan oleh para pelajar untuk bisa menjadikan sebuah sistem pembelajaran menjadi dua arah. Namun, sesuatu tidak bisa dirubah apabila tidak ada sistem yang mengaturnya, serta pelaku dari sistem tersebut yang keras kepala. Ini bisa dirubah apabila dari pihak pelaku bisa mengubah perilakunya yang awalnya keras kepala, menjadi mengerti bahwa pembelajaran dua arah ini sangatlah penting, serta bagaimana buruknya sistem pembelajaran yang bersifat menindas.

Menurut saya, dalam buku ini menjelaskan dengan sangat jelas bagaimana terjadinya siklus penindasan yang terjadi, terlebih dalam permasalahan pendidikan. 

Hal ini sedikit menjelaskan serta menggambarkan tentang situasi yang terjadi di Indonesia ini sendiri. Terlebih sistem pendidikan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang mana pelajar sendiri sudah dibiasakan dari awal untuk bersikap pasif; dan tidak aktif. 

Hal ini yang kemudian terus-terusan menjadi tradisi dalam sistem pembelajaran sekolah dan susah untuk dihilangkan. Kebiasaan pelajar menjadi pasif ini kemudian akan menjadikan pelajar menjadi takut untuk berpendapat dan hanya memendamnya dalam pikiran dia sendiri; meskipun ide yang ada dari pelajar sangatlah luar biasa berpengaruh.

Ditambah, banyak sekali saya rasa tenaga pendidik yang sangat anti-kritik. Kritik yang dilontarkan oleh para pelajar rasanya menjadi sebuah aib yang mereka rasakan. Dari pengalaman saya menjadi seorang pelajar, banyak sekali ancaman-ancaman yang keluar dari mulut seorang pendidik apabila terdapat pelajar yang berusaha melontarkan kritik maupun argumen. 

Perasaan superior yang muncul serta rasa malu saya rasa menjadi pengaruh terbesar terjadinya hal seperti ini. Perasaan malu karena merasa dikalahkan oleh seseorang yang dirasa kelasnya berasa di bawahnya tentu saja akan muncul. Namun, apakah ke-egoisan akan menguasai dirinya atau tidak, itu yang menentukan apa yang terjadi.

Tapi tentu saja, hal ini tidak menutup kemungkinan bagi seorang pelajar untuk bisa menyalurkan argumen serta ide-ide yang berada dalam pikiran kreatifnya. Kita hidup di zaman di mana ilmu bisa didapatkan dari berbagai macam sumber, salah satunya internet. Kita juga diajarkan untuk tidak menelan mentah-mentah yang kita dengar maupun kita terima. 

Tentu saja hal ini menjadi kabar baik bagi para pelajar untuk terus mencari ilmu dan juga untuk mencari mana yang benar dan juga mana yang salah. Namun tentu saja, pelajar termasuk saya tidak bisa menjadikan tradisi pembelajaran yang berat sebelah ini terus-terusan menjamur, karena kita tahu sendiri bahwa pelajar adalah masa depan sebuah negara.

Baik pelaku maupun objek dari sistem pembelajaran ini harus mengerti bahwa sistem pembelajaran dua arah adalah sesuatu yang sangat penting dan tidak boleh disepelekan. Dengan adanya pembelajaran dua arah ini lah, kedua belah pihak akan merasakan efek positifnya, yaitu mereka akan mendapatkan ilmu yang baru dan ilmu tersebut akan sangat berguna untuk sistem pembelajaran di kemudian hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun