Mohon tunggu...
Boby Bahar
Boby Bahar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Independent Traveler

24 countries and counting more. Dreaming to publish my traveling book. Terimakasih sudah mampir. boby.bahar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mendatangi "Blue City" di Dua Benua

20 November 2019   11:14 Diperbarui: 5 Februari 2020   09:10 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan biru dengan pintu hijau Tosca, Jodhpur | dokpri

Tahun ini saya beruntung bisa traveling lebih lama dan mengunjungi beberapa negara. Saya mengawalinya dengan menginjakkan kaki kembali di India. Salah satu kota yang saya kunjungi di India adalah Jodhpur. Kota ini terletak di negara bagian Rajasthan, pernah mencapai masa kejayaan dengan raja yang terkenal bernama Rao Jodha. Selain itu kota ini juga mendapat beberapa julukan yang terkenal.  

Salah satunya adalah Suncity. Karena panasnya sungguh menyengat dan membuat keringat tak henti mengalir, saat saya disana suhu nya sekitar 38-40 derajat di siang hari. Matahari garang bersinar sepanjang tahun dan kota ini berada di pinggir gurun, jadi wajar suhunya bikin otak meleleh . Rata-rata suhu di musim panas antara 44-51 derajat Celsius, saat winter suhu sekitar 35-37 derajat di siang hari. 

Gelar lainya untuk kota ini yaitu Blue City. Banyak gedung-gedung dan bangunan di sekitar kota tua dicat dengan warna biru. Kenapa harus warna biru? Padahal warna lainya juga pasti gak kalah bagus dan unik. Katanya biar bangunan tidak terlalu panas, warna biru tidak menyerap panas karena bisa memantulkan panas. Ada juga alasan lain kenapa dicat biru karena menyangkut simbol keagaaman yang dianut penduduk, yaitu salah satu kejadian yang dialami dewa Siwa yang badanya berubah berwarna biru. 

Saya sendiri menyukai warna biru karena biru itu bikin adem dan tenang. Tapi jika dilihat lebih dekat sebenarnya tidak semua bangunan dicat warna biru, ada juga warna lain seperti merah, orange, coklat, dan putih, namun warna biru memang lebih dominan sehingga kalau kita lihat dari kejauhan, misalnya dari atas Mehrangarh Fort-yang menjadi ikon kota Jodhpur, maka Jodhpur memang tidak salah digelari Blue City. 

Blue City terlihat dari Mehrangarh Fort | dokpri
Blue City terlihat dari Mehrangarh Fort | dokpri
Bangunan biru dengan pintu hijau Tosca, Jodhpur | dokpri
Bangunan biru dengan pintu hijau Tosca, Jodhpur | dokpri
Cahaya malam di kota Jodhpur | dokpri
Cahaya malam di kota Jodhpur | dokpri
Dan selain mampir di India, saya juga sempat beberapa minggu keliling Maroko. Saya juga menemukan 'kota biru' lainya. Di negara paling Barat benua Afrika ini saya mendatangi Chefchaouen, salah satu kota unik di antara perbukitan utara Maroko, yang bangunanya juga didominasi warna biru. 

Maroko merupakan negara kerajaan Islam yang mempunyai sejarah panjang. Pernah dikuasai Portugis, Spanyol serta Perancis membuat Maroko semakin kaya akan kultur. Dan dahulu orang-orang Yahudi juga banyak bermigrasi ke negeri maghribi ini. Di beberapa kota di Maroko kita bisa menemukan Jewish Quarter.

Suhu Udara di Chefchaouen tidak segarang di kota Jodhpur. Saat musim dingin rata-rata suhu 14 derajat dan musim panas sekitar 26 derajat. Lalu apa alasan penduduk menggunakan warna biru pada bangunanya? Tidak untuk menetralisir hawa panas, konon katanya warna biru ampuh untuk mengusir nyamuk. Teori lain mengatakan bahwa orang-orang Yahudi yang bermukim disana sengaja mengecat bangunan dengan warna biru karena di tempat asal mereka di Israel juga menggunakan warna yang sama. Alasan lain kenapa warna biru dipilih adalah untuk menyimbolkan langit dan surga, ini dimaksudkan agar penduduk senantiasa mengingat Tuhan sang pencipta alam semesta. Sejak tahun 70-an mayoritas penduduk menggunakan warna biru untuk menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung. 

Blue city Chefchaouen | dokpri
Blue city Chefchaouen | dokpri

Bangunan biru di sekitar kota tua Chefchaouen | dokpri
Bangunan biru di sekitar kota tua Chefchaouen | dokpri

Salah satu sudut di medina Chefchaouen | dokpri
Salah satu sudut di medina Chefchaouen | dokpri
Dan dengan berkembangnya media sosial, kedua kota ini akhirnya semakin terkenal ke seluruh dunia. Tidak mengherankan kemudian muncul beberapa spot untuk berfoto selfie yang mainstream di antara wisatawan yang berkunjung, bahkan mereka rela antri panjang untuk mendapatkan satu photo keren di spot tersebut. Untungnya saya gak terlalu suka selfie jadi gak perlu ikut rebutan hehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun