Mohon tunggu...
Boby Bahar
Boby Bahar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Independent Traveler

24 countries and counting more. Dreaming to publish my traveling book. Terimakasih sudah mampir. boby.bahar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Begini Rasanya Jalan-jalan di Iran dengan Dompet Penuh Uang Cash!

20 Oktober 2017   04:59 Diperbarui: 10 Juli 2018   19:56 12113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu lintas khususnya di Tehran kadang bikin jantungan, orang-orang berkendara dengan skill tinggi, sering banget hampir nyerempet dan banyak yang nyelonong kilat. Hebatnya saya gak pernah melihat kecelakaan. Kereta bawah tanah di Tehran memang selalu crowded di jam-jam sibuk namun ongkosnya masih lumayan murah. Di dalam kota saya prefer naik Taksi. 

Pengen coba naik bis kota tapi tulisanya Farsi semua, takut nyasar. Ongkos taksi harus benar-benar deal sebelum naik, pastikan juga harga yang diberikan dalam Toman atau Rial. Bepergian antar kota bisa menggunakan bus, kereta api atau pesawat. Bus yang saya tumpangi dari Tehran ke Isfahan cukup bagus, bus full AC dengan reclining seat 2-1 dapat bantal dan selimut serta dapat sekotak snack dan sofdrink juga. Kita berangkat jam 11 malam dan sampai di Isfahan jam 5 subuh. Ada beberapa perusahaan bus, dengan harga beda-beda tipis tergantung kelas.

Ada cerita ketika saya naik bus dari Isfahan ke Shiraz. Di jalan raya yang kanan kiri hanya tanah tandus gak habis-habis, saya malah kebelet pipis. Saya minta ke kru bus untuk berhenti. Waktu itu sore menjelang maghrib. Awalnya si kru dan sopir seperti menyuruh untuk nahan. Gak lama ada penumpang wanita yang anak-anaknya juga kebelet pipis. Akhirnya bus berhenti. Tapi setelah turun saya bingung mau pipis dimana karena sekeliling hanya padang tandus tanpa semak sedikitpun! Akhirnya saya menjauh ke sebelah belakang bus untuk mencari privacy. Selesai pipis saya sempatkan foto-foto sunset yang kebetulan indah sekali. Tiba-tiba saya lihat si kenek sudah teriak-teriak manggil sambil loncat-loncat. Saya baru nyadar ternyata saya cukup jauh memisahkan diri dari bus. Pas naik kembali ke bus teman saya bilang kalau mereka tadinya udah niat mau ninggalin saya.

Atmosfir di Shiraz berbeda dengan Isfahan atau Tehran. Dua hari di kota kelahiran Hafez itu terasa begitu singkat. Berat banget rasanya harus kembali ke Tehran untuk pulang ke tanah air. Menyiasati keterbatasan waktu saya pilih naik pesawat dari Shiraz ke Tehran. Karena kalau naik bus atau kereta api waktu pasti habis di jalan. Tiket pesawat Shiraz-Tehran saya beli di travel agent sewaktu di Isfahan. Padahal rencana itinerary awal mampir ke Yazd dulu sebelum Shiraz, tapi akhirnya Yazd harus kami coret dari list. 7 hari di Iran berlalu sangat cepat. Begitu banyak yang harus dilihat di Iran, masih banyak yang belum didatangi. Mungkin ini pertanda saya harus kembali lagi. Inshaallah.

Quran Gate, Shiraz
Quran Gate, Shiraz

Bekas Kedutaan Amerika Serikat, Revolusi Islam Iran 1979 Berawal dari Sini. Tehran
Bekas Kedutaan Amerika Serikat, Revolusi Islam Iran 1979 Berawal dari Sini. Tehran
Kuliner Iran
Kuliner Iran

Hafez Tomb, Shiraz
Hafez Tomb, Shiraz

Persepolis
Persepolis

Restoran Malek Soltan Jarchi Bashi, Isfahan
Restoran Malek Soltan Jarchi Bashi, Isfahan

Sheikh Loftollah Mosque
Sheikh Loftollah Mosque

Diajak Hossein piknik di Taman Dekat Rumahnya di Isfahan
Diajak Hossein piknik di Taman Dekat Rumahnya di Isfahan
Tajrish Bazaar, Tehran
Tajrish Bazaar, Tehran
Di Sebuah Toko Roti di Shiraz
Di Sebuah Toko Roti di Shiraz

Peziarah di Shah Cheragh, Masjid Sekaligus Makam Imam. Shiraz
Peziarah di Shah Cheragh, Masjid Sekaligus Makam Imam. Shiraz

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun