Mohon tunggu...
Boby Bahar
Boby Bahar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Independent Traveler

24 countries and counting more. Dreaming to publish my traveling book. Terimakasih sudah mampir. boby.bahar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pemandangan Spektakuler di Atas Gunung Ile Ape Lembata

15 Agustus 2016   22:30 Diperbarui: 16 Agustus 2016   09:02 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak yang belum tahu dimana Lembata atau mungkin belum pernah mendengar nama daerah ini. Pulau Lembata memang gak setenar pulau Komodo atau danau Kelimutu, padahal tradisi perburuan paus oleh masyarakat Lamalera di bagian selatan pulau ini sudah terdengar hingga ke mancanegara. 

Saya juga baru tahu daerah ini gara-gara mendengar cerita teman yang seorang reporter di salah satu stasiun tv swasta. Lalu saya buka-buka Google serta tentu saja melihat foto-foto di Instagram untuk mengetahui apa saja keindahan di pulau Lomblen ini.

Lembata adalah sebuah kabupaten di Nusa Tenggara Timur, dengan ibukota Lewoleba. Terletak di gugusan kepulauan Flores Timur yang berdekatan dengan kepulauan Alor di Timur, dan pulau Adonara serta Solor di sebelah Barat. Untuk mencapai Lembata bisa menggunakan kapal laut dari Kupang atau Larantuka. 

Ada penerbangan dari Kupang ke Lewoleba yang dilayani oleh maskapai Susi Air dan Transnusa. Saya sendiri datang dengan mengambil penerbangan dari Bali ke Maumere, kemudian lanjut ke Larantuka, lalu naik kapal ke Lewoleba. Kapal dari Larantuka ke Lewoleba berangkat 3 kali sehari menyinggahi Weiwerang di pulau Adonara. Ongkos kapalnya 50.000 saja dengan lama perjalanan sekitar 3 jam.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Beberapa hari sebelumnya saya sudah mengontak teman yang kebetulan asli Lembata yang tinggal dan bekerja disana. Saya dikasih tahu banyak sekali tempat-tempat yang wajib dikunjungi di Lembata. Tapi satu yang membuat saya sangat tertarik adalah pendakian gunung Ile Ape! 

Kalau masih ada waktu baru saya akan mengunjungi tempat-tempat lainnya. Kita menyusun jadwal dan menentukan kapan akan nanjak. Gak pake lama, hari kedua di Lembata kita langsung deal untuk pergi. Teman Lembata saya, Aken dan Irno langsung mempersiapkan motor.

Pagi jam 8 sehabis ngopi kita ke pasar membeli logistik kemudian lanjut mempersiapkan peralatan pendakian termasuk tenda, kompor dan air minum. Kami meninggalkan Lewoleba sekitar jam 11 siang menuju desa Riang Bao di Kolontobo. Biasanya jalur yang lebih terkenal adalah via desa Jontona. 

Di Riang Bao kami menemui pemuda asli Ile Ape, namanya Reksi, yang kebetulan adalah teman dari Aken. Reksi sudah kita booking sejak minggu lalu untuk join, dan untung saja dia tidak terlalu sibuk. Reksi sering dipanggil menjadi guide apabila ada rombongan yang akan naik melalui jalur Riang Bao.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Bersama kami juga ikut seorang perempuan bule Belanda yang saya temui malam sebelumnya saat dinner di area Jetty. Saat itu saya lihat dia makan sendiri lalu kami berkenalan dan mengobrol serta bertukar cerita mengenai rencana masing-masing selama di Lembata. Rose ingin ke Lamalera dan berharap saat dia kesana sedang ada perburuan paus. Akhirnya entah kenapa dia malah memutuskan ikut dengan saya naik Ile Ape.

Sebelum jam 1 siang kita sudah diusir oleh keluarga Reksi, padahal kita masih asik-asiknya bercerita mulai dari kisah tentang Ile Ape sampai ke minuman tuak tradisional dari penyulingan pohon aren yang menjadi minuman sehari-hari para lelaki setempat. 

Kami berboncengan melewati jalanan kampung yang berujung dengan jalan setapak menembus kebun warga hingga sampai di satu titik kami memarkir motor di bawah pohon. Selanjutnya kami berjalan kaki santai hingga ke pos 1. Masih banyak kebun pisang disekitar dan nyamuk pun begitu rame mendekati kulit-kulit kami yang terbuka. Saya menyemprotkan sprei nyamuk yang saya pinjam dari Rose. 

Di pos 1 ada gubuk kayu yang dindingnya sudah banyak copot. Perut terasa lapar dan kita baru sadar ternyata belum makan siang. Emang rejeki anak sholeh gak jauh kemana, kami menemukan setandan kecil pisang yg sudah matang digantung di pondok. Atas seijin Reksi, kami langsung menghabiskanya. Lumayan buat penambah enerji pas nanjak. Tapi ternyata gak afdol juga kalau cuma mengganjal perut dengan pisang thok, Irno lalu inisiatip memasak dua bungkus mie rebus untuk kita berlima. Irno juga membagikan masing-masing satu butir telur rebus, ahh ternyata dia sudah mempersiapkan itu telur dari rumah! 

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Targetnya kita sudah harus sampai di punggung gunung dibawah cerukan bulat menganga yang masyarakat setempat sebut Metong Lamataro, sebelum jam 5 sore. Metong Lamataro berbentuk sebuah lubang bulat yang merupakan bekas kawah. 

Kalau kita lihat dari jalan raya di kaki gunung lubang kawah tersebut seperti pusar di perut hehe. Letaknya memang sudah hampir ke puncak gunung. Metong Lamataro dipercaya oleh penduduk sekitar sebagai tempat asal mula leluhur orang Ile Ape. 

Pendakian dilanjutkan tapi masih tetap santai dan sering berhenti. Masih ada beberapa pepohonan pisang dan pohon kelapa setelah pos 1. Dan tiba-tiba Aken melihat seekor ayam terjerat di sebuah perangkap di semak dekat pohon pisang. Dia lalu menangkap ayam tersebut. Kami diinfo bahwa masih ada penduduk yang memasang perangkap di hutan. Biasanya perangkap tersebut akan dicek kembali setelah beberapa hari. 

Saya hanya manut ketika mereka bilang akan membawa ayam itu dan memanggangnya untuk jamuan makan malam nanti. Aken mengatakan kita sangat beruntung mendapatkan ayam tersebut duluan, karena siapa yang duluan menemukan itu akan menjadi miliknya.

Lepas dari kebun pisang dan kelapa, vegetasi mulai berganti ke pohon-pohon kecil. Jalur setapaknya cukup jelas dan makin ke atas makin banyak ilalang dan pohon dengan ranting yang mati. Semakin dekat ke area puncak makin terlihat jelas pulau Adonara dengan gunung Ile Boleng nya menjulang di seberang. 

Sayang cuaca tidak terlalu cerah. Sekitar jam 5 sore kita sudah sampai di area camping, tepat di bukit savana beberapa puluh meter dibawah cerukan Metong Lamatoro. View dari sini sangat bagus, bagian sebelah Barat dan Selatan pulau Lembata bisa tersapu mata 180 derajat. Sungguh cantik!

Selesai memasang tenda angin mulai bertiup. Mendung yang tidak diharapkan juga datang. Kami berharap akan melihat sunset cantik dari perkemahan, namun kenyataanya berbeda. Sunset tertutup awan tebal. Irno membuatkan kopi dan kami menikmatinya dengan sisa-sisa pisang yang kami bawa dari pos 1, ditambah sebungkus biskuit kelapa. 

Sungguh nikmat sekali kopi hangat di gelas plastik diselingi obrolan ringan dengan teman-teman baru, sambil memandang sore di bawah sana yang sudah mulai temaram. Senja datang dan lampu-lampu di kota Lewoleba mulai terlihat seperti kunang-kunang.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Saatnya menyiapkan makan malam. Saya menunjuk diri sendiri untuk menyembelih si ayam betina kurus. Sempat ada rasa iba melihatnya harus menemui ajal sebentar lagi. Namun tugas suci itu harus saya jalankan biar teman-teman bisa makan ayam panggang malam ini. Setelah membaca lafal-lafal sesuai ajaran agama saya pun mengakhiri hidupnya. Hiks...

Setelah menguliti dan membuang seluruh isi perutnya, saya serahkan si ayam ke Reksi dan Aken. Mereka sudah menyiapkan bara di api unggun. Agak-agak gak enak sih bau tangan saya, untung Rose bawa tissue basah yang cukup wangi. 

Irno memasak nasi dan mie goreng plus ikan asin sambal tomat. Setelah semua matang tiba-tiba gerimis datang. Kita lalu beralih masuk tenda dan menyantap makan malam beralaskan daun pisang di dalam tenda. Di luar sudah turun hujan.

Gara-gara hujan kami tidak bisa menikmati malam dengan melihat bintang-bintang. Tenda sempat bocor kemasukan air hujan dan kita pun tetap tertidur. Tepat jam 4.30 alarm saya berbunyi dan semua bangun. Irno buru-buru menyalakan kompor portable dan membuat kopi panas. Setelah ngopi-ngopi kilat kita lanjutkan pendakian ke puncak untuk melihat sunrise. 

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Sekitar jam 6 pagi kami sudah tiba di puncak. Matahari malu-malu mengintip dari balik awan. Sangat disayangkan cuaca kurang bagus. Langit diselimuti awan tapi untung saja tidak datang hujan. 

Secara keseluruhan pemandangan dari atas Ile Ape ini menurut saya adalah salah satu pemandangan puncak gunung yang paling cantik di Indonesia. Gimana enggak, dari atas puncaknya kita bisa melihat gugusan pulau-pulau disekitarnya dimana pulau-pulau tersebut juga mempunyai gunung sendiri. 

Karena cuaca gak terlalu bersih, pulau Alor hanya terlihat samar di sebelah Timur. Reksi bilang apabila langit bersih dan terang kita bahkan bisa melihat pulau Komba dengan gunung api Batutara di bagian Utara. Gunung Ile Ape memang tidak terlalu tinggi, hanya 1.450 mdpl, namun pemandangan di atas puncaknya sungguh spektakuler.

Puncak gunung Ile Ape berbentuk mirip lingkaran, lingkaran itu tidak full namun seolah mengelilingi puncak belerang yang menjulang tinggi di sisi Timur. Puncak belerang yang tak henti mengepulkan asap, bau menyengat tercium ketika asapnya dibawa angin dan mampir ke hidung. 

Di bawah gunungan itu menyebar batu-batu vulkanik lalu hamparan padang pasir putih yang lumayan luas. Pemandangan tersebut kontras dengan kuningnya belerang. Saya seolah sedang tidak berada di gunung-gunung yang ada di Indonesia. Hamparan pasir putih itu yang membuat suasana berbeda. Puas memandang sekitar dan tak hentinya berdecak takjub tak lupa dong kita photo-photo sampai puas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun