Melihat perjalanan HIV di Indonesia selama ini banyak yang dapat kita perhatikan terkait capaian selama ini dengan berbagai indikasi:
1. Masih banyaknya anggapan yang mengkaitkan HIV dengan issue moralitas dan penyimpangan
2. Capaian viral load tersupresi yang masih sangat rendah, hanya 4.5% yang berarti lebih dari 90% ODHIV (Orang Dengan HIV) masih memiliki potensi penularan , sehingga stigma indeks juga masih tinggi
3. Tingginya angka putus ARV atau LFU dengan berbagai faktor penyebab terutama karena ARV memang tidak pernah dianggap sebagai suatu prioritas
4. Anggapan awam terkait HIV yang masih perlu diluruskan dan negatif, terlepas seberapa banyak edukasi, penyuluhan yang diberikan inilah gambaran "keberhasilan" hasil edukasi tersebut
5. Banyaknya slogan stigmatis yang selalu diulang tanpa memperhatikan diksi yang memiliki arti berbeda
6. Masih banyaknya stigma dan diskriminasi yang diberikan penyedia layanan medis padahal seharusnya mereka memahami paham Universal Precautions dengan tidak membedakan status HIV pasien, apalagi orientasi dan perilaku sexualnya
7. Edukasi yang masih banyak bersifat menakut2i dengan informasi lama
8. Banyaknya "ahli" HIV yang tiba tiba muncul setiap akhir taun menjelang HAS dengan referensi yang sama sekali tidak update didepan penonton yang beragam
9. Masih banyaknya keengganan untuk melakukan vct sebagai upaya penapisan kondisi kesehatan sexual karena anggapan bahwa vct hanya untuk populasi kunci dan yang memiliki perilaku menyimpang dan berisiko (padahal masih banyak yang tidak memahami arti perilaku berisiko)
10. Banyaknya materi pelatihan dan edukasi yang tidak diupdate referensinya, bahkan masih ada tenaga medis saat mengedukasi masih mempergunakan referensi penelitian taun 2014 sementara penelitian yang sama sudah dilanjutkan dengan penelitian lain dengan hasil berbeda
11. Banyaknya penggunaan diksi yang tidak tepat dalam slogan yang sudah seperti doktrin dan memiliki potensi stigma
12. Tingginya indeks stigma terhadap ODHIV (Orang Dengan HIV) terlepas banyakny kampanye dan edukasi serta pelatihan yang dilakukan
14. Keengganan merubah slogan atau materi yang sudah tidak update dan memiliki potensi stigma
15. Masih adanya anggapan/stigma bahwa HIV identik dengan komunitas tertentu yang dianggap sebagai populasi kunci, sehingga yang berada diluar populasi kunci enggan melakukan vct sebagai upaya penapisan kondisi kesehatan seksual
16. Materi pelatihan dan edukasi yang tidak berubah sejak beberapa dekade termasuk adanya informasi di sosial media yang "dibiarkan" sehingga anggapan salah tetap berlanjut
17. Masih banyaknya diksi salah yang dipergunakan, entah karena ketidak update-an informasi......karena keengganan merubah materi dengan mencari referensi yang lebih baru.....
18. Masih banyaknya anggapan bahwa HIV sama dengan AIDS sekalipun mereka akan berkeras bahwa itu adalah dua hal yang berbeda. Penyebutan yang selalu dilekatkan bersaman tanpa memperhatikan konteks kalimat justru akan meneruskan anggapan bahwa HIV=AIDS
19. Sekalipun ada slogan yang mengatakan "jangan jauhi pengidapnya" bagaimana dengan orang yang kondisi fisiknya seperti pengidap AIDS, apakah jg akan dirangkul? Apakah akan langsung muncul asumsi bahwa kondisi tsb krn AIDS?
Orang Dengan HIV yang kondisi sehat memang sulit dibedakan sehingga slogan "jangan jauhi...." diatas masih relevan
Mungkin bisa dipikirkan kembali apakah capaian viral load tersupresi dan lfu bisa dianggap sebagai indikasi keberhasilan program edukasi dan pencegahan yang selam ini dilakukan ataukah justru merupakan indikasi kegagalan sehingga memang harus ada kemauan untuk melakukan perubahan dan pendekatan program.
Memang tidak salah kalau kemudian ada yang berkomentar "meneruskan sesuatu yg jelas gagal adalah suatu kebodohan", "Stigma dipelihara demi kelangsungan program"....
Semakin banyaknya komentar kritis seperti ini seharusnya membuat para aktifis dan pembuat kebijakan untuk segera bangun, membenahi materi edukasi dengan mencari referensi yang lebih baru dari sumber yang juga lebih luas sehingga tidak terkesan copy paste, padahal yang dicopy paste juga banyak kekurangannya...
Catatan diri setelah usai kehebohan peringatan HAS
#equals_id
#tdtm
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI