Mohon tunggu...
aan rianto
aan rianto Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Issue HIV

Pengamat issue HIV, pendukung kampanye U=U, accidental activist

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bagaimana Menghentikan Epidemi HIV?

25 Juli 2019   09:17 Diperbarui: 30 Oktober 2020   07:54 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah Kita dapat berperan serta menghentikan Epidemi HIV?

Issue HIV sebagian besar terkait dengan issue stigma bahwa HIV tidak dapat disembuhkan, bahwa HIV tidak ada obatnya dan sangat menular (dipastikan akan menular kepasangan), bahkan ada yang menyarankan agar ODHIV (Orang Dengan HIV) tidak memilih pasangan non-ODHIV ataupun memiliki keturunan.

Hal ini juga menghalangi dan menjadi hambatan bagi awam yang ingin mengetahui status HIV-nya, demikian juga yang tau status HIV positive lalu "menghilang" karena pemahaman bahwa HIV tidak ada obatnya sehingga status positif HIV juga dianggap hukuman mati.

Banyak penggiat yang bergerak di issue HIV dinegara lain mencari akar permasalahan dari perkembangan HIV yang sepertinya tidak akan pernah terputus mata rantainya.

Pemahaman  U=U (Undetectable = Untransmitable) sebenarnya langsung meruntuhkan stigma terhadap berbagi issue HIV diatas karena langsung menunjukkan bahwa penularan HIV dapat dihentikan!.

Sayangnya banyak yang menolak mendukung gerakan U=U hanya karena pertimbangan issue IMS yang juga dikawatirkan akan meningkat.

HIV hingga sekarang masih dianggap momok yang sangat menakutkan (terlepas seberapa banyak edukasi dan.kampanye yang diberikan, mengingat selama ini semuanya hanya mengexpose keseraman dan bersifat menakut nakuti).

Apabila U=U dapat meruntuhkan semua stigma diatas karena memang berlandaskan pengguguran salah satu  syarat penularan ESSSE apakah layak tetap menyembunyikan pemahaman U=U dari setiap orang?

Cukup dengan patuh ARV sehingga mencapai Viral Load Undetectable, seorang ODHIV sudah berperan serta menghentikan penularan HIV lebih lanjut, sekalipun melakukan hubungan sex tanpa kondom (yang berarti tidak menularkan HIV seperti halnya orang tanpa HIV).

Kalau memang concernnya ke issue IMS sebaiknya juga dijelaskan bahwa kondom selain mencegah IMS juga mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Bukankah sekalipun HIV adalah salah satu IMS tetapi bayangan yang selalu menyelimutinya adalah sangat menular dan mengerikan, jarang orang lebih kuatir IMS lain dibanding HIV. Padahal HIV bila ditangani secara tepat dapat membuat pengidapnya memiliki kualitas hidup dan kesehatan sama dengan orang tanpa HIV.

Kesimpulan : 

Untuk dapat menghentikan penyebaran Epidemi HIV lebih lanjut dapat dilakukan langkah2 berikut :

1. Gencarkan kampanye U=U sehingga orang tidak lagi takut akan status HIV-nya

2. Apabila HIV mulai dianggap sebagai infeksi kronis berhentilah memberikan edukasi mengenai keseraman HIV

3. Berikan edukasi yang bersifat positif yang lebih fokus pada kehidupan ODHIV yang sehat, dan bukan sebaliknya

4. U=U berkaitan erat dengan (bahkan menggunakan dasar) ESSE sehingga harusnya disertakan dalam setiap edukasi yang diperbarui

5. Dengan memahami U=U seorang ODHIV juga akan memiliki motivasi untuk tetap patuh ARV , karena paham bahwa dengan VL Undetectable seorang ODHIV tidak lagi dapt menularkan HIV kepasangannya

6. Penularan HIV dengan penggunaan kondom efektif hingga 80%.

Dengan PrEP 99% tetapi harus diminum  harus diminum setiap Hari oleh orang berstatus Non Reaktif HIV.

Sementara TasP (Treatment as Prevention dengan Viral Load Undetectable) mencapai keberhasilan 100%.

Jadi mana yang lebih efektif dalam menghentikan penularan HIV?

Seberapa siap kita mengejar 90:90:90 jika sampai sekarang masih terus berkutat dengan issue takut vct, stigma Dan diskriminasi diri,  bosan obat, efek samping arv yang semuanya berawal dari  pemahaman bahwa hiv tidak ada obatnya?

Sudahkah Kita benar benar memahami U=U sebagai usaha penghentian penularan HIV?

#uequalsu

#equals_id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun