Herbal Dan HIV
Mendekati pertengahan taun 2019 disaat informasi dan penelitian yang dilakukan banyak kalangan medis dunia juga dapat dengan mudah diakses, ternyata masih banyak yang terus "bergelut" dengan pemikiran "HIV belum ada obatnya".
ARV yang sudah ditemukan sekitar 30 taun masih belum dianggap obat, karena pemikiran bahwa minum obat = sakit.
Hingga siapapun yang menulis dan membagikan pengalaman kesembuhan dari HIV setelah konsumsi "obat" alternative tertentu akan langsung diikuti. Dari mulai buah merah Papua, buah mengkudu atau noni, kulit manggis, buah tikes dan berbagai ramuan akar "rahasia".
Apakah penelitian tsb berlanjut? Bagaimana prospek pemasaran produk tsb apakah tetap berlanjut atau hilang begitu saja karena orang sadar memang tidak Ada khasiatnya?
Apakah memang bila suatu penelitian "lokal" yang mengaku menemukan obat penyembuh HIV memang memahami bagaimana siklus retrovirus HIV dan juga cara kerja antibody tubuh dalam memberikan perlindungan?
Belum lagi kesalahan penulisan dan ejaan yang terlalu banyak bagi suatu penulisan ilmiah.....
Fakta :
1. Virus tidak bisa dimatikan
2. Virus dapat ditekan perkembangan nya dengan antivirus
3. Sembuh berarti dihilangkan semua gejala yang menyebabkan sakit dan dapat kembali beraktifitas seperti sedia kala
4. Tubuh dapat diajarkan untuk mengenali suatu "penyakit" sebelum terinfeksi virus penyebab sakit tsb dengan vaksinasi
5. Sekali tubuh membentuk antibody reaktif terhadap suatu infektan, maka antibody tsb akan tetap menetap sebagai bentuk perlindungan dan pengenalan dini tubuh terhadap infektan yang sama.
5. Semua regimen ARV memiliki fungsi utama menekan perkembangan HIV lebih lanjut dan menekannya hingga tidak terdeteksi sehingga tidak lagi dapat menularkan secara sexual
7. Herbal ataupun obat2 lain selain ARV hanya membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan tidak membunuh virus apapun sesuai klaimnya
Lalu apakah Kita tidak boleh berharap terhadap penyelidikan obat2 an penyembuh?
1. Semua ahli didunia medis diseluruh penjuru dunia masih terus meneliti berbagai kemungkinan terkait pengobatan terbaik untuk HIV.
2. Apabila suatu temuan lokal memang berdasarkan studi ilmiah dan.memiliki prospek yang bagus pastinya akan banyak yang bersedia membiayai dan membeli hak patennya bahkan memberikan Nobel
3. Saat ini hanya ARV yang terbukti dapat menekan HIV hingga Undetectable.
Kita terlalu sibuk dengan mencari dan browsing berbagai obat penyembuh, sudahkah Kita mengetahui status VL Kita?
Kapan terakhir Kita melakukan pemeriksaan VL sebagai pemantauan rutin keberhasilan ARV dalam menekan HIV?
Kita terlalu ikut campur dengan ikut mengatakan obat HIV Mahal padahal hingga saat ini semua pembiayaan masih ditanggung oleh pemerintah.
Kita terlalu takut dengan penularan HIV, lupa bahwa patuh ARV sudah cukup menghentikan penularan lebih lanjut.
Kita terlalu sibuk memikirkan segala stigma yang mungkin akan terjadi sehingga malah ikut meneruskan stigma tsb lebih lanjut.
Saatnya kembali memikirkan kebenaran slogan yang selama ini Kita dengar hingga Kita percaya menjadi dogma.
Saatnya merubah mindset dan melihat segala sesuatunya secara lebih pragmatis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H