Mohon tunggu...
Bobby Triadi
Bobby Triadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis sambil tersenyum

Lahir di Medan, berkecimpung di dunia jurnalistik sejak tahun 1998 dan terakhir di TEMPO untuk wilayah Riau hingga Desember 2007.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Dibantu Marquez, Lorenzo Juara Dunia: Rasanya?

9 November 2015   05:33 Diperbarui: 9 November 2015   08:00 2545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber foto: motogp.com"][/caption]Sebagai seorang juara dunia balapan Moto GP tentu sangat mengharapkan pertarungan yang "fair play" dengan rival terdekatnya. Juara tanpa bantuan rekan satu tim atau justru satu negaranya. Status juara dunia Moto GP Jorge Lorenzo yang kelima harusnya tak berasa berarti ketika rekan senegaranya justru mengawalnya tanpa perlawanan pada balapan penentuan.

Marc Marquez memang tak pernah mengakui bahwa dirinya telah mengawal Lorenzo untuk mengamankan posisi juara dunianya tahun ini. Sama dengan mengawal tropi juara dunia untuk tetap berada di negaranya, Spanyol. Tapi gelagat yang diperankan oleh Marquez justru memperlihatkan bahwa dirinya sedang mengawal "rival" senegaranya itu.

Lorenzo sendiri bukannya tidak tahu menahu tentang gelagat Marquez yang akan mengamankannya pada balapan-balapan terakhir. Aksi Marquez itu tentu sangat menguntungkannya untuk meraih kampium World Champions Moto GP 2015.

Saya tak ingin mengatakan ada konspirasi antara Lorenzo dan Marquez untuk menjegal Rossi meraih titel juara dunianya yang kesepuluh. Apakah benar Lorenzo dan Marquez bekerjasama atau hanya inisiatif dari Marquez sendiri agar pembalap Itali, Valentino Rossi tidak merebut piala dunia Moto GP dari Spanyol? Dari gelagat Marquez, dia hanya tak ingin Rossi yang menjadi juara dunia 2015, orang Italia yang telah memupuskan langkahnya untuk kembali menjadi juara dunia di musim 2015 ini (baca tulisan sebelumnya, Marquez Mengawal Kemenangan Lorenzo). 

Rivalitas dipenghujung musim 2015 justru mengkerucut pada rivalitas antar negara, bukan lagi antar tim. Dan Lorenzo sangat menikmati situasi tersebut. Perlakuan Lorenzo yang sangat mencolok adalah ketika dia mengajukan hak intervensinya pada upaya banding Rossi di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), pasca Rossi dijatuhkan hukuman oleh FIM untuk memulai start dari starting grip paling buncit yang sangat menguntungkan dan memudahkan bagi Lorenzo untuk mengalahkan Rossi. Apakah Lorenzo takut bertarung jarak dekat dengan Rossi? Mengapa Lorenzo bisa nyaman mendapat gelar world champions dengan pertarungan yang mudah? Mengapa Lorenzo bisa bangga dengan gelar world champions-nya yang atas bantuan Marc Marquez sebagai rekan Spanyol-nya? 

"Faktanya mereka tahu apa yang saya kejar (gelar juara dunia), dan mereka orang Spanyol, jadi itu telah membantu saya. Kalau di balapan lain mereka mungkin sudah berusaha menyalip," kata Lorenzo seperti dikutip The Guardian pasca kemenangannya di Valencia. 

Puluhan juta mata justru hanya terfokus pada pembalap gaek yang harus start dari posisi terbelakang, Valentino Rossi. Televisi yang menyiarkan balapan pun hanya menayangkan sorotan lensa kamera yang mengambil gambar perjuangan si juara sesungguhnya, Valentino Rossi. Sorak sorai dan tepuk tangan penonton begitu jelas terdengar ketika tiap kali Rossi menyalip pembalap-pembalap di depannya. Hanya butuh 12 putaran dari 30 putaran bagi Rossi untuk berada di posisi ke empat, namun jaraknya dengan Dani Pedrosa yang berada di posisi ketiga sudah terpaut 10 detik yang bagi sebuah balapan Moto GP bukanlah jarak yang dekat.

Sementara, pertarungan dibarisan depan sungguh sangat tak menarik, tanpa perlawanan dan tanpa ada upaya Marquez untuk menyalip Lorenzo meski jaraknya sungguh-sungguh sangat rapat. Balapan di barisan depan lebih tepat jika dikatakan seperti latihan "baris berbaris" pada camp pendidikan "Bela Negara" hingga balapan berakhir diputaran ke 30.

Balapan pamungkas Moto GP tahun ini di Valencia tentu tak semenarik balapan-balapan sebelumnya. Balapan dan pertarungan di Valencia ibarat pertarungan ubun-ubun dengan telapak kaki, pertarungan antara ekor dengan kepala atau istilah-istilah lainnya yang sangat tidak adil dan menjauhkan rivalitas. Menjauhkan calon juara dari lawannya, hingga menang mudah tanpa perlawanan. 

Lorenzo boleh juara dengan tropi, tapi perayaan kemenangan justru didapatkan oleh Rossi. Puluhan ribu penonton di sirkuit Ricardo Tomo justru menyambut kedatangan Rossi di jalur menuju garasi timnya. Jumlah yang tak sebanding dengan yang sedang merayakan kemenangan di podium juara. Siapa juara sesungguhnya? ***

[caption caption="sumber foto: motogp.com"]

[/caption]

 

Foto-foto di dalam tulisan ini bersumber dari motogp.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun