Jika berbicara tentang buku iqro', mungkin seluruh umat muslim di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan buku kecil pelajaran mengaji tingkat dasar dan sosok Bapak berkacamata dengan paras kurus bertongkat memakai jas serta peci hitam di balik sampul buku.
Ya benar, beliau adalah Kyai As'ad Humam pencetus metode pembelajaran mengaji iqro'.
Biografi Kyai As'ad Humam
Â
Kyai As'ad Humam lahir di Yogyakarta pada tahun 1933. Nama belakang beliau 'Humam' diambil dari nama ayahnya bernama Humam Siradj, seorang pedagang sukses di pasar Bringharjo Yogyakarta.
Kyai As'ad Humam merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara yang sedari kecil dididik di lingkungan Muhammadiyah.
Mituso Nakamura dalam The Crescent Arises over the Bayan Tree (2012) menjelaskan bahwa Kyai As'ad Humam pernah menempuh pendidikan di SD Muhammadiyah Kleco, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri di Ngawi, setelah itu melanjutkan pedidikan menengah atas di Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan kabarnya beliau juga pernah mondok di pondok pesantren Al-Munawir Krapyak milik Nahdlatul Ulama selama dua tahun.
Namun, perjalanannya dalam menimba ilmu di Mu'allimin hanya sampai di kelas II. Hal itu dikarenakan Kyai As'ad mengalami kecelakaan terjatuh saat memanjat pohon dan mengakibatkan dirinya mengalami pengapuran tulang belakang dan harus dirawat setengah tahun.
Kondisi tersebutlah yang membuat lehernya tidak bisa digerakkan dan sulit untuk berjalan, hal itu yang membuat Kyai As'ad harus menggunakan tongkat ke manapun sebagaimana tampak di sampul buku iqro'.
Sejarah Ditemukannya Metode Iqro'
Di pusat kebudayaan Muhammadiyalah beliau dan rekannya yaitu Jazir Asp yang juga pegiat Muhammadiyah menemukan metode iqro'.
Perkembangan Taman Pendidikan Alquran (TPA/TPQ) di Indonesia, sejatinya mulai bangkit di akhir era 1980-an dengan munculnya tokoh Kyai Dahlan Salim Zarkasyi asal Semarang yang lebih dulu menemukan metode Qiroati dan menyebarluaskannya melalui pendirian TK Alquran Mujawwidin di Semarang tahun 1986.
Menurut Mitsuo Nakamura, dikutip dari Muhammadiyah.or.od meskipun metode Iqra berasal dari pegiat Muhammadiyah, gerakan Iqra' berdiri mandiri dan tidak terkait dengan Muhammadiyah.
Pada saat itu Kyai As'ad Humam juga ikut mengajarkan metode Qiroati untuk anak-anak di Kotagede, namun beliau beranggapan bahwa metode tradisional Baghdadi tidak efektif karena membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk penguasaannya.
Lebih lanjut, Kyai As'ad Humam kemudian memberi saran penyempurnaan terhadap metode Qiroati kepada Kyai Dahlan Salim Zarkasyi, hal itu karena beliau menganggap metode Qiroati masih memiliki celah yang bisa disempurnakan. Akan tetapi, saran dari Kyai As'ad Humam ditolak Kyai Dahlan karena menganggap metode Qiroati sudah baku.
Setelah itu Kyai As'ad Humam pun berhenti mengajarkan Qiroati dan berusaha menemukan metode baru. Setelah melakukan beberapa percobaan, akhirnya Kyai As'ad menemukan metode Iqra', Kyai As'ad Humam bersama Jazir Asp dan dibantu oleh Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushola (AMM) Yogyakarta mendirikan TK Alquran AMM Yogyakarta pada 16 Maret 1986.
Ditemukannya metode iqro' jauh memudahkan cara pembelajaran Alquran dasar menjadi lebih efektif dibandingkan dengan metode lama yang sudah ada seperti Baghdadiyah yang harus mengeja antara huruf, bunyi, dan harakat.
Berbeda dengan metode yang sudah ada, metode iqro yang terbagi menjadi enam jilid tidak lagi dieja, melainkan menyajikan cara baca dengan sistem (suku) kata. Mula-mula dipilih kata-kata yang akrab dan mudah bagi anak-anak, seperti "ba-ta", "ka-ta", "ba-ja", dan sebagainya.
Setelah itu dilanjutkan dengan kata yang lebih panjang, kemudian kalimat pendek, lalu mempelajari kata yang ada di dalam surat-surat pendek. Semuanya disajikan dengan sederhana sehingga anak-anak bisa lebih mudah mempelajarinya.
Keberhasilan Kyai As'ad Humam di Kotagede dalam menerapkan metode iqro' untuk pembelajaran membaca Al-qur'an, memiliki pengaruh sampai menyebar di Gresik dan Semarang. Pada tahun 1988, metode Iqro' mendapatkan pengakuan dari Menteri Agama sehingga pada tahun 1992 metode iqro' resmi didistribusikan secara nasional.
Metode Iqro' terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang menarik minat anak kecil. Menurut Kyai Humam, buku Iqro' memiliki 10 sifat yaitu bacaan langsung, membuat santri menjadi aktif, dapat diajarkan privat/klasikal, tersedia modul, asistensi, praktis, sistematis, variatif, komunikatif, dan fleksibel. Demikian tulis As'ad Humam dalam Buku Iqra: Cara Cepat Belajar Membaca Alquran, (2000).
Begitulah biografi singkat dari Kyai As'ad Humam dan sejarah ditemukannya metode iqro' yang masih cukup banyak digunakan sampai saat ini, selain harganya yang terjangkau juga mudah untuk dipelajari oleh siapapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H