Perkembangan Taman Pendidikan Alquran (TPA/TPQ) di Indonesia, sejatinya mulai bangkit di akhir era 1980-an dengan munculnya tokoh Kyai Dahlan Salim Zarkasyi asal Semarang yang lebih dulu menemukan metode Qiroati dan menyebarluaskannya melalui pendirian TK Alquran Mujawwidin di Semarang tahun 1986.
Menurut Mitsuo Nakamura, dikutip dari Muhammadiyah.or.od meskipun metode Iqra berasal dari pegiat Muhammadiyah, gerakan Iqra' berdiri mandiri dan tidak terkait dengan Muhammadiyah.
Pada saat itu Kyai As'ad Humam juga ikut mengajarkan metode Qiroati untuk anak-anak di Kotagede, namun beliau beranggapan bahwa metode tradisional Baghdadi tidak efektif karena membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk penguasaannya.
Lebih lanjut, Kyai As'ad Humam kemudian memberi saran penyempurnaan terhadap metode Qiroati kepada Kyai Dahlan Salim Zarkasyi, hal itu karena beliau menganggap metode Qiroati masih memiliki celah yang bisa disempurnakan. Akan tetapi, saran dari Kyai As'ad Humam ditolak Kyai Dahlan karena menganggap metode Qiroati sudah baku.
Setelah itu Kyai As'ad Humam pun berhenti mengajarkan Qiroati dan berusaha menemukan metode baru. Setelah melakukan beberapa percobaan, akhirnya Kyai As'ad menemukan metode Iqra', Kyai As'ad Humam bersama Jazir Asp dan dibantu oleh Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushola (AMM) Yogyakarta mendirikan TK Alquran AMM Yogyakarta pada 16 Maret 1986.
Ditemukannya metode iqro' jauh memudahkan cara pembelajaran Alquran dasar menjadi lebih efektif dibandingkan dengan metode lama yang sudah ada seperti Baghdadiyah yang harus mengeja antara huruf, bunyi, dan harakat.
Berbeda dengan metode yang sudah ada, metode iqro yang terbagi menjadi enam jilid tidak lagi dieja, melainkan menyajikan cara baca dengan sistem (suku) kata. Mula-mula dipilih kata-kata yang akrab dan mudah bagi anak-anak, seperti "ba-ta", "ka-ta", "ba-ja", dan sebagainya.
Setelah itu dilanjutkan dengan kata yang lebih panjang, kemudian kalimat pendek, lalu mempelajari kata yang ada di dalam surat-surat pendek. Semuanya disajikan dengan sederhana sehingga anak-anak bisa lebih mudah mempelajarinya.
Keberhasilan Kyai As'ad Humam di Kotagede dalam menerapkan metode iqro' untuk pembelajaran membaca Al-qur'an, memiliki pengaruh sampai menyebar di Gresik dan Semarang. Pada tahun 1988, metode Iqro' mendapatkan pengakuan dari Menteri Agama sehingga pada tahun 1992 metode iqro' resmi didistribusikan secara nasional.
Metode Iqro' terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang menarik minat anak kecil. Menurut Kyai Humam, buku Iqro' memiliki 10 sifat yaitu bacaan langsung, membuat santri menjadi aktif, dapat diajarkan privat/klasikal, tersedia modul, asistensi, praktis, sistematis, variatif, komunikatif, dan fleksibel. Demikian tulis As'ad Humam dalam Buku Iqra: Cara Cepat Belajar Membaca Alquran, (2000).
Begitulah biografi singkat dari Kyai As'ad Humam dan sejarah ditemukannya metode iqro' yang masih cukup banyak digunakan sampai saat ini, selain harganya yang terjangkau juga mudah untuk dipelajari oleh siapapun.