Kompasianer, bikin konten berupa caption di media sosial seperti instagram, deskripsi produk di platform marketplace, atau artikel di blog adalah pekerjaan yang tidak mudah, Kompasianer harus mengetahui detail produk yang akan dituliskan, harus bersedia banyak membaca buku, majalah, ebook, atau apapun yang membuat Kompasianer hamil ide di kepala sebelum menuliskannya.
Jika Kompasianer malas membaca, tentu tak ada apapun yang melekat di benak kita untuk dituliskan. Kita bakal kesulitan dan terpaku di depan layar ponsel, pc atau laptop saat ingin membuat caption, atau tesk. Solusi bagi Kompasianer yang keram otak atau kehabisan kata-kata adalah gunakan saja Chat GPT.
Chat GPT (Generative Pre Training) adalah sistem kecerdasan buatan yang berfungsi untuk melakukan interaksi dalam percakapan berbasis tesk. Cara penggunaannya dimulai dengan menuliskan pertanyaan, kemudian kecerdasan buatan tersebut akan memberikan jawaban yang relevan.
Chat GPT dapat digunakan untuk berbagai konteks seperti penulisan caption di sosial media instagram, facebook, deskripsi produk pada marketplace, artikel pada blog, biografi pada Wikipedia, dan company profile, dll. Namun perlu diingat  bahwa Chat GPT memiliki keterbatasan yaitu selalu mencampur adukkan antara fakta dan opini, atau rawan plagiat atau pelanggaran hak cipta.
Ini hal yang ditabukan pada dunia pendidikan, Chat GPT membuat siswa secara cepat menyelesaikan tugas penulisan makalah, artikel, dll. Setelah selesai yang menakjubkan, mereka tidak mengerti apapun yang telah dituliskannya. Berbeda zaman jika Kompasianer menuliskan artikel ketika belum ada internet dan Chat GPT pada masa era 1990-an, untuk menulikan sesuatu kita harus mencari referensi dari majalah, koran, buku yang berada di perpustakan untuk menuliskan sesuatu sebagai referensi sekunder.
Kelebihan Chat GPT pertama adalah kemampuannya cepat dalam merangkum data, Chat GPT merangkum seluruh sumber referensi sekunder yang ada di internet dan menyajikannya kepada kita berdasarkan pertanyaan yang kita tuliskan untuk menghasilkan tesk yang alami dalam berbagai konteks. Kedua Chat GPT dapat ditetapkan dalam berbagai skala, mulai dari interaksi satu lawan satu, atau respon otomatis dalam skala besar. Ketiga, Chat GPT dapat diadaptasikan untuk berbagai jenis aplikasi termasuk pengelolaan sosial media instagram, layanan pelanggan (costumer service), pengembangan konten di blog, atau deskripsi di marketplace.
Saingan terdekat Chat GPT adalah Bard, Google Bard adalah program chatbot artificial intelegent (AI) yang dapat menjawab aneka pertanyaan dan perintah pengguna. Bard dikembangkan Google dengan berbasis language model LaMDA (Language Model for Dialogue Application). Bard merupakan eksperimen Google yang dalam tahap pengembangan, namun sudah bisa digunakan oleh pengguna umum. Bard baru bisa menjawab dalam versi English. Bard menampilkan rujukan atau referensi, tidak seperti Chat GPT. Demi tidak menabrak aturan plagiatisme dan pelanggaran hak cipta. Â
Kelemahan Chat GPT yang perlu disadari adalah pertama Chat GPT sangat terbatas pengetahuannya, jika informasi terbaru belum diupdate, Chat GPT tidak bisa menuliskan informasi terbaru yang relevan. Kedua Chat GPT rentan plagiat dan respon yang tidak netral. Ketiga Chat GPT sulit membedakan atau tidak memiliki kecerdasan dalam membedakan fakta dan opini, misalnya tulisan dari Lambe Turah (gosip) disamakan atau dicampuradukkan dengan referensi sekunder dari Kompas, atau Antara.