Mohon tunggu...
Bobby Prabawa
Bobby Prabawa Mohon Tunggu... Editor - ghost writer, copywriter, dan editor

Saya seorang ayah full time, freelance ghost writer, copywriter, dan editor yang berdomisili di Bogor. Saya aktif dalam komunitas bloger Bogor, google local guide, calon pendonor kornea mata sebagai bagian dari hobi. . Saya beralamat di gemahalilintar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menghormati Kelingking

1 Juni 2023   13:00 Diperbarui: 1 Juni 2023   13:01 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selagi bersolek mematut diri di depan cermin, pernahkan Anda mengingat jari kelingking kaki Anda sendiri? Hil yang mustahal, kata Pak Asmuni, Srimulat. Saya yakin 1.000% saat menyaksikan pantulan diri Anda di cermin yang Anda urus pastilah yang tampak. Rambut disisir, diberi minyak rambut, kumis dan jenggot dicukur bersih. Anda mengikhlaskan berpuluh menit untuk kegiatan di seputar wajah.

Bandingkan praktik diskriminasi Anda, misalnya terhadap bagian tubuh lain yang semestinya memiliki hak yang sama: udel, selangkangan, ketiak, hidung, dan jari kelingking kaki. Agaknya memang apes nasib jari kelingking kaki Anda. Mana pernah ia mendapat prioritas waktu untuk dimanja? Andaikan jari kaki kelingking dicuci, paling keren!Hanya diguyur air, setelah itu disembunyikan lagi, di balik kaus kaki dan sepatu kulit.

Tapi, tahukah Anda bagaimana rasanya jika misalnya jari kelingking kaki Anda tiba-tiba bikin ulah? Misalnya tersandung batu yang tajam hingga kulitnya robek dan tulang jari kelingking kaki Anda retak? Jari kelingking kaki Anda  akan melambai-lambai seperti nyiur daun kelapa. Siksa rasa sakit pastilah mendera Anda. Untuk berjalan kaki, Anda pincang, mau bersepatu tentu tak mungkin, Anda kesakitan luar biasa.

Rasain! Saat itulah kita baru sadar, penderitaan jari kelingking kaki bisa mengacukan segalanya. Seperti sudah jatuh ditimpa tangga, lalu digigit monyet. Dari jari kelingking kaki nasib kita bisa terjengkang.  Kelingking itu adalah peran-peran yang acapkali terabaikan dari hingar bingar dunia kerja. Peran rutin, peran yang itu-itu saja. Peran yang selalu dianggap remeh.  

Siapa sih yang masih punya waktu menyapa mereka? Petugas cleaning service, petugas penyapu jalan raya, petugas dinas kebersihan, asisten rumah tangga, kuli angkut, tukang ojek payung, tukang parkir, petugas penitipan sandal, petugas penjaga pintu kereta, petugas  dll.

Jika hidup Anda selama ini berelasi dengan mereka yang diremehkan tersebut. Bayangkan seumpama mereka menghilang. Anda pasti bakal kalang kabut. Persis seperti jari kelingking kaki Anda yang retak karena tersandung batu tajam. Semua peran adalah penting, tentu tak perlu minder dengan peran-peran (yang dianggap) kecil, dan tak perlu tinggi hati dengan peran-peran (yang dianggap) besar. Setiap peran besar dan kecil adalah saling melengkapi, dan saling membutuhkan. Jangan biarkan kesombongan bersemayam di hati kita. Mari belajar menghormati jari kelingking.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun