Gerimis menyapa senja yang mulai gelap
Kaki kalian tetap berjalan pelan, menyusuri lorong pertokoan
Beberapa anak terlihat riang di resto cepat saji sambil menguyah burger
Yang tak muat di mulut mereka
Rasa kenyang sedikit terobati dengan pemandangan itu
Kalian bersyukur, bersyukur telah melewati jalan itu
Lapar sedikit menghilang, kaki kalian kembali melangkah
Berlomba dengan senja yang beringsut-ingsut larut
Hujan deras memayungi tubuh kalian yang ringkih
Sambil tertawa kalian bercanda dengan hujan yang semakin menderas
Berkatalah kalian kepada hujan : "Terima kasih hujan, tubuh kami telah bersih dari debu, terbasuh olehmu"
Kalian kembali ceria dengan penuh rasa syukur
Hujan tersenyum, lalu berhenti dan mengucapkan perpisahan
karena malu dengan kalian yang tak pernah berhenti bersyukur
Dua anak kecil dekil, berumur lima tahunan ; berjuang keras menahan dingin
Pulang ke rumah kardus membawa kepingan uang receh usai mengamen seharian
Untuk bertemu ibu mereka yang setia menunggu
Tapi tak pernah bisa bangun (lagi)
Ibu, kami pulang membawa sedikit rejeki dari Tuhan
Yang diberikan melalui tangan, dan jari lentik
Dari orang-orang dengan seribu wajah
Ibu, jangan menangis lagi, tidak usah bersedih hari ini
Ada yang kami bawa untuk diri ini
Tetap tidur ibu, di kuburmu yang indah bersama Tuhan
Ciawi, 21 Mei 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H