Pada ajang job fair, saya temukan ratusan orang yang bergelar sarjana menganggur, korban PHK di jaman pandemi yang ahli juga berebut lowongan kerja, bersaing dengan freashgraduate yang baru lulus tahun ini. Bahkan dulu ada kasus Ignatius Ryan Tumiwa yang mengajukan diri suntik mati karena frustasi, kelaman nganggur. Padahal dia lulusan S2 Universitas Indonesia.
Sekolah S2, bahkan S3, punya sertifikat ini dan itu, membaca 1000 buku, tidak otomatis melepaskan orang dari jerat tali kemiskinan, Rocky Gerung pun pernah bilang “Ijasah itu bukti orang pernah sekolah, bukan bukti bahwa orang pernah berpikir.”
Nyebelin tapi banyak benarnya. IPKnya bagus, namun networkingnya jelek, tentu merepotkan dalam peluang mencari kerja. Bangunlah networking sebelum kamu membutuhkannya. Mitos terbesar dari networking adalah kamu mulai merangkul orang lain, hanya ketika kamu membutuhkan sesuatu, seperti lowongan pekerjaan, misalnya.
Faktanya orang-orang yang mempunyai banyak teman, menyadari bahwa mereka harus merangkul orang lain jauh sebelum mereka membutuhkan sesuatu. Hal terpenting adalah mengenal mereka sebagai teman, bukan klien, orang dalem, yang nanti bakal kamu titipin surat lamaran kerja.
Tawarkan jasamu secara gratis terlebih dahulu. Detik ini kamu bukan siapa-siapa, dan menembus masuk bukanlah hal yang mudah. Pada akhirnya kamu akan masuk ke dalam lingkaran orang-orang yang sudah melihat portofolio, dan attitude baikmu.
Tips lainnya adalah mengubah kenalan (koneksi) menjadi pertemanan. Koneksi adalah sebuah falsafah hidup, suatu cara pandang dunia, petunjuk dasarnya adalah bahwa semua manusia, atau setiap orang yang kamu temui , berkesempatan untuk membantu dan dibantu. Kenyatannya, tidak ada seorangpun yang sukses di dunia ini, tanpa mendapatkan banyak pertolongan.
Menolong orang lain untuk mencapai keinginannya yang terdalam adalah hal keren yang harus kamu lakukan. Jalan pintasnya sejak usia muda (17 tahun ke atas) kamu harus bergabung ke berbagai komunitas, seperti komunitas blogger, relawan PMI, Wikipedia, Terminal Hujan, Google Local Guide. Aktiflah di sana melakukan kegiatan sosial dan aktif juga di lingkungan tempat tinggalmu. Kamu bukan adonan donat yang didiemin 6 jam, kemudian otomatis mengembang.
Ada undangan pernikahan, datangi, kerja bakti, jangan menolak, ada tetangga sakit, jenguk dan semangati, ada tetangga meninggal, bantu pemakamannya, ada teman butuh ojek gratis, anterin, dan ketika ada teman pinjem duit, pinjemin (jika punya uang). Menolong itu menyenangkan.
Raffi Ahmad mulai bekerja, syuting ini itu sejak umur 13 tahun. Bulak balik naik bis kota dan kereta listrik yang bejubel. Dia menabung postofolio, dan teman dengan modal sopan santun dan attitude baiknya. Jadilah dia Raffi Ahmad sehebat sekarang.
Jadi sambil kuliah kamu tetap harus rajin menebar jaring pertemanan, jadi orang yang paling bermanfaat di manapun kamu berada, inilah kiat asyik terlepas dari jerat tali kemiskinan. Bayangin, kalau kamu keluar rumah dan ikut kegiatan positif, kamu bakal dapat teman baru, ilmu, dan duit (bukan yang utama). Terima kasih sudah membaca artikel ini. Semoga bermanfaat.
Referensi
Keith Ferrazzi dan Tahl Raz, Never Eat Alone, Bermacam Rahasia Sukses dan Kiat Menjalin Jejaring, Gagas Media, 2011, Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H