Strategi Ankara dalam memerangi para militan sangat kompleks. Bersamaan dengan serangan terhadap ISIS, Turki kini juga telah memborbadir posisi-posisi PKK dan telah menahan ratusan orang yang dicurigai sebagai anggota dari kelompok tersebut.
Â
Tidak lama setelah insiden di Suruc, dua orang peugas kepolisian Turki tewas tertembak oleh anggota PKK, sebagai aksi balasan dimana Turki dianggap berkolaborasi dengan ISIS. Namun pertanyaannya adalah, dapatkah Washington mentolerir bahwa serangan terhadap PKK merupakan harga yang harus dibayar dari keterlibatan Ankara memerangi ISIS?
Â
Â
Kritikus meyakini bahwa Turki menyerang para militan hanyalah sebagai cover untuk mengejar musuh sebenarnya: para militan Kurdi. Ankara enggan untuk menyerang ISIS lebih awal, dan juga enggan untuk membantu Kurdi memerangi ISIS. Kini keduanya menjadi target serangan rudal pesawat tempur Turki.
Â
Ada pula potensi pertimbangan politik dalam negeri. Pada Pemilu bulan Juni, partai berkuasa AK mengalami kekalahan dan kini dalam koalisi untuk membentuk suatu pemerintahan. Apabila mengalami kegagalan, Pemilu baru akan dilaksanakan dimana Presiden Erdogan berharap AKP dapat memenangi kembali para konstituen nasionalis yang telah meninggalkannya. Dengan menyerang PKK, maka akan berpotensi dalam mengakhiri proses perdamaian – yang dianggap hina oleh para nasionalis – dia dapat mencapainya dan akan mendapatkan kembali mayoritas AKP yang sangat dia butuhkan.
Â
Serangan dua arah tersebut tentu saja dapat membahayakan posisi Turki mendapatkan serangan balik yang lebih masif lagi dari ISIS dan PKK, mengancam akan menimbulkan kekerasan yang lebih besar lagi diantara minoritas Kurdi.
Â