Limbah domestik menjadi momok bagi kita, terutama yang tinggal di perkotaan. Itulah juga yang menjadi pengalaman kami sebagai warga di Yogyakarta yang mengalami masalah penumpukan sampah akibat ditutupnya sebuah TPA Sampah.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2022 Indonesia memproduksi 35,83 juta ton timbulan sampah. Menariknya, sebagian besar sampah nasional berupa sampah sisa makanan sebanyak 40,7%. Ditilik dari sumbernya, sebesar 38,4% sampah nasional merupakan limbah rumah tangga, disusul sampah pasar tradisional 27,7% pada posisi kedua.Â
Apa artinya? Kita perlu mengurangi sampah dari hulu, yakni dari sumber utamanya. Menjaga lingkungan dari limbah domestik adalah sebuah keharusan. Langkah paling mudah adalah dengan mengolah sampah organik berupa sisa makanan rumah tangga.
Eco Enzyme Langkah Asyik Jaga Lingkungan dari Limbah Domestik
Beberapa waktu ini kami sebagai warga asrama berusaha membuat eco enzyme sebagai langkah asyik menjaga lingkungan dari limbah domestik. Sisa makanan berupa kulit buah dan sayuran kami kumpulkan dan kami olah menjadi eco enzyme yang punya banyak manfaat.
Pertama, pupuk organik ramah lingkungan
Menurut Gun Gun Gumilar dalam Jurnal Kartika Kimia 2023, eco enzyme adalah hasil fermentasi sisa kulit buah dan sayuran dengan gula, dan air dengan proporsi 1:3:10. Eco enzyme sangat membantu pertumbuhan tanaman (Gayathri & Varsini 2023). Apa yang dirumuskan dalam ulasan ilmiah itu sudah kami buktikan sendiri di lapangan. Tanaman yang disiram pupuk eco enzyme tumbuh lebih cepat dalam sepuluh hari pertama.Â
Pupuk eco enzyme tidak memiliki efek samping negatif terhadap lingkungan karena berasal dari bahan alamiah. Para ilmuwan mengidentifikasi peran bakteri mikrobial seperti Yersinia sp., Bacillus sp., and jamur seperti Trichoderma sp. dan Penicillium sp. dalam fermentasi eco enzyme.Â
Kedua, deterjen dan sabun mandi
Kami memanfaatkan eco enzyme sebagai deterjen untuk membersihkan lantai tanpa merusak lingkungan. Menurut sifatnya, eco enzyme adalah deterjen yang biodegradable atau mudah terurai secara alamiah.Â
Belum lama ini saya diberi sabun eco enzyme untuk sabun mandi. Saya sudah sebulan ini memakai sabun eco enzyme dan merasakan bahwa kulit lebih terhidrasi secara alami. Memang benar, sabun eco enzyme tidak sewangi sabun pabrik. Namun, kulit terasa lebih segar dibanding saat memakai sabun pabrik.
Ketiga, disinfektan alami
Penelitian Gumilar menunjukkan, efektivitas eco enzim dalam membunuh bakteri E. coli mencapai 99,95% dan bakteri P. aeruginosa sebesar 99,90% dengan konsentrasi eco enzim hanya 20% dalam waktu kontak 15 detik. Oleh karena itu, luka ringan periferi yang disemprot dengan eco enzyme bisa sembuh lebih cepat.Â
Eco enzyme memang memerlukan waktu minimal tiga bulan untuk diproduksi. Menariknya, penelitian Made Rai Rahayu dkk (2021) berhasil menemukan bahwa kombinasi Eco enzyme dari sampah organik domestik dan bunga kamboja (Plumeria alba) bisa mempercepat proses pembuatan eco enzyme ini. Dengan demikian, enco enzyme bisa menjadi solusi antiseptik dan disinfektan yang unggul.Â
Empat Langkah Mudah Membuat Eco Enzmye
Ada empat cara mudah membuat eco enzyme:
Pertama, menyiapkan sisa kulit buah dan sayuran
Kulit buah yang biasa kita santap sehari-hari bisa menjadi bahan eco enzyme. Umpama, kulit pepaya, jeruk, apel, buah naga, dan sisa sayuran segar.Â
Kedua, merajang kulit buah dan sayuran sisa.
Kulit buah dan sisa sayuran sebaiknya dirajang kemudian dicuci bersih.
Kedua, mencampur tiga bahan dengan rumus 1:3:10
Satu kilogram gula merah atau molase (tetes tebu), tiga kilo bahan organik yang terdiri dari kulit buah dan sayuran segar, dan sepuluh liter air.Â
Campurkan dulu gula merah (atau tetes tebu) dan air dalam wadah, kemudian aduk sampai merata. Lantas, campurkan air dan gula merah itu dengan bahan organik (sayur dan buah). Lantas, tutup rapat. Wadah bisa menggunakan bekas galon air mineral atau tong jika dalam skala besar.Â
Ketiga, memastikan sirkulasi gas selama tiga bulan
Ada beberapa versi penanganan gas fermentasi eco enzyme. Versi pertama, seperti yang diterapkan mentor kami Ibu Wahyuni, wadah eco enzyme dibuka setelah seminggu untuk membebaskan gas fermentasinya. Ketika membuka wadah itu, kita aduk lagi dengan tongkat kayu kecil.Â
Versi kedua, seperti yang kami usahakan, ialah membuka wadah sehari sekali untuk mencegah wadah "meledak". Bisa juga dengan sistem "botol air", yaitu dengan menaruh selang dari botol eco enzyme ke botol berisi air.
Fungsi dari selang penghubung itu ialah untuk menyalurkan gas fermentasi eco enzyme ke botol berisi air. Adapun air berfungsi mencegah masuknya materi tak diinginkan ke dalam botol eco enzyme.
Keempat, memanen eco enzyme
Setelah tiga bulan atau lebih, eco enzyme bisa dipanen. Tinggal menuang dari wadah dan menyaring agar tersisa material cair saja.Â
Wasana kata
Eco enzyme juga bisa menjadi sumber ekonomi keluarga dan masyarakat akar rumput. Setidaknya, dengan menggunakan eco-enzyme, kita bisa menghemat pengeluaran untuk membeli deterjen dan sabun serta antiseptik. Syukur-syukur, eco enzyme bisa kita bagikan secara gratis atau kita jual dengan harga bersahabat agar menjadi berkat.
Salam lestari. Mari kita menjaga lingkungan dari limbah domestik dengan memilah sampah rumah tangga dan membuat eco enzyme!
Oleh: Bobby Steven (IG: bobbystevenmsf) /Ruang Berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H