Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Rela Tak Nonton Piala Dunia karena Alasan Etika?

28 November 2022   05:38 Diperbarui: 28 November 2022   07:13 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rela tak nonton Piala Dunia karena alasan etika?(AFP/MUSTAFA ABUMUNES via VOA INDONESIA) 

Terbaru, bahkan mantan ketua FIFA Sepp Blater menyebut pemilihan Qatar sebagai sebuah kesalahan.

"Itu pilihan yang buruk. Saya bertanggung jawab untuk itu sebagai presiden saat itu," kata Sepp Blatter, yang masa jabatannya sebagai administrator FIFA berakhir pada 2015 di tengah skandal suap.

Terbaru, Human Rights Watch merilis video sebelum Piala Dunia dimulai pada 20 November 2022. Para pekerja dan keluarga mereka serta penggemar sepak bola dari Nepal angkat bicara guna membeberkan pengalaman buruk sebagai pekerja proyek Piala Dunia Qatar 2022.

Majikan dan perekrut di Qatar dapat menyalahgunakan dan mengeksploitasi kemiskinan pekerja migran dan kurangnya kesempatan di negara mereka sendiri, di bawah sistem kafala (sponsor), yang memberi majikan kontrol yang tidak proporsional atas pekerja, kata Human Rights Watch.

Di Qatar, salah satu negara terkaya di dunia, pekerja migran hidup dalam kondisi miskin di akomodasi yang penuh sesak. Meskipun membangun infrastruktur canggih bernilai miliaran, mayoritas pekerja migran bergaji rendah demi Piala Dunia Qatar 2022.

Banyak pekerja yang meninggal di Qatar sebelumnya masih dalam keadaan sehat sebelum tetiba dikabarkan meninggal tanpa alasan yang jelas. Keluarga para pekerja itu tidak mengetahui apa yang sebenarnya menimpa kerabat mereka di Qatar.

Qatar memang sangat ngebut membangun tujuh stadion baru dan merenovasi satu stadion sebagai arena Piala Dunia 2022.

Saat memenangkan seleksi pada 2010, Qatar kekurangan banyak stadion, hotel, dan jalan raya yang dibutuhkan untuk menggelar turnamen. Untuk membangunnya, Qatar mengandalkan para pekerja migran yang merupakan 90% atau lebih dari angkatan kerjanya.

Hanya sekitar 300.000 penduduk Qatar yang merupakan warga negara Qatar. Jauh melebihi jumlah mereka adalah para pekerja migran yang visanya terikat dengan pekerjaan mereka, sebuah sistem yang umum di Timur Tengah.

Qatar telah membantah segala tuduhan itu. Bahkan ada pejabat Qatar yang menuduh bahwa semua itu hanyalah pepesan kosong negara-negara Barat yang kecewa karena Qatar terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Kondisi kerja dan kehidupan para pekerja migran untuk proyek Piala Dunia seringkali eksploitatif dan berbahaya. Investigasi pada 2021 oleh Guardian menemukan bahwa lebih dari 6.500 pekerja migran dari lima negara Asia Selatan telah meninggal di Qatar sejak 2010 karena kecelakaan di tempat kerja, kecelakaan mobil, bunuh diri, dan kematian akibat penyebab lain, termasuk hawa panas ekstrem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun