Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

3 Keganjilan Profil Dokter Tifa yang Tuduh Ijazah Jokowi Palsu

10 Oktober 2022   00:26 Diperbarui: 10 Oktober 2022   00:56 15042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagad media sosial akhir-akhir ini diwarnai kegemparan terkait tuduhan ijazah palsu yang dilancarkan Dokter Tifa kepada Presiden Jokowi. 

Melalui aneka cuitan di Twitternya @DokterTifa, sang dokter yang (konon) bernama lengkap Tifauzia Tyassuma ini menulis tuduhan bahwa ijazah S1 Joko Widodo palsu.

Klarifikasi UGM dan Kominfo mengenai keaslian ijazah Jokowi

Padahal, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dalam laporan tangkal hoaks pada 19 Februari 2020, menyebut ijazah sarjana Fakultas Kehutanan dari UGM merupakan ijazah asli. 

"UGM menjamin bahwa Jokowi memiliki ijazah asli. Ijazah Jokowi itu dikeluarkan pada 5 November 1985 dan ditandatangani oleh Dekan UGM Prof Dr Soenardi Prawirohatmodjo M.S, M.D dan Rektor UGM Prof DR T Jacob M.S M.D," demikian pernyataan resmi Kominfo. 

Jokowi atau Joko Widodo lulus dengan skripsi "Stusi Tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis Pada Pemakaian Akhir di Kota Madya Surakarta".

Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta juga telah menegaskan keaslian ijazah sarjana Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
 
"Pak Jokowi memang alumni UGM. Ijazah beliau asli dari UGM," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat UGM Wiwit Wijayanti melalui pesan singkat kepada medcom.id, di Yogyakarta, Jumat, 5 Juni 2015.

Aneka hoaks soal tuduhan ijazah Jokowi palsu

Apa yang dituduhkan oleh Dokter Tifa bahwa ijazah Jokowi palsu bukanlah tuduhan baru. Sudah ada aneka hoaks bertema serupa. Pada pertengahan September 2020, akun Facebook Satrio Cahyo Dwi membandingkan dua ijazah dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dua ijazah itu adalah ijazah Bambang Nurcahyo Prastowo dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kemudian, ijazah kedua milik Joko Widodo dari Fakultas Kehutanan.

Dilansir berbagai media, tuduhan itu tidak berdasarkan fakta. Sungguh aneh bahwa pada Oktober 2022, seorang yang konon berpendidikan tinggi menuduhkan hal senada kepada Jokowi.

Apakah Dokter Tifa tidak membaca aneka artikel media massa pencari fakta yang menegaskan bahwa ijazah Jokowi sungguh asli?

Tiga (3) Keganjilan profil Dokter Tifa

Dalam akun Twitternya @DokterTifa, sang pemilik akun yang (secara ajaib) memiliki 50,2 ribu followers (pengikut) sejak Maret 2022 itu menulis keterangan profil sebagai berikut:

"Medical Doctor, Nutritional Neuroscientist, Molecular Epidemiologist, Author of several books, also PhD Candidate in Philosophy & Social Political Science."

Menurut Tribunnews, Dokter Tifa merupakan seorang ahli Epidemiologi sekaligus aktivis sosial, dengan beberapa latar belakang pendidikan. Dokter Tifa merupakan Sarjana Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM).

Berita Tribunnews itu sayangnya kurang mengelaborasi rekam jejak digital kiprah Dokter Tifa dalam bidang akademik seperti yang digambarkan dalam profil aneka media sosial Dokter Tifa.

Penelusuran saya mengenai kiprah akademik Dokter Tifa justru menemukan sejumlah keganjilan. Keganjilan ini bukan berarti bahwa profil Dokter Tifa lalu pasti salah. Keganjilan ini mungkin saja karena aktivitas akademik Dokter Tifa belum atau tidak terekam dengan jelas secara digital. 

Berikut ini keganjilan dalam informasi mengenai Dokter Tifa:

1. Nama Tifauzia Tyassuma memang tercatat dalam repository UGM, namun sulit dicari artikel ilmiah lainnya

Nama Tifauzia Tyassuma memang muncul dalam repositroy UGM dengan karya akhir S2 berjudul "Tekanan arteri rata-rata sebagai prediktor kegagalan-keberhasilan terapi preeklamsia". 

Hasil pencarian Tifauzia Tyassuma di Google Cendekia (Google Scholar) - dokpri
Hasil pencarian Tifauzia Tyassuma di Google Cendekia (Google Scholar) - dokpri

Akan tetapi, sangat sulit mencari artikel ilmiah Dokter Tifa di Google Cendekia, aneka jurnal maupun repository kampus lain. Hanya satu artikel dari repository UGM yang secara jelas merujuk nama Tifauzia Tyassuma sebagai penulis pertama karya akhir S2Ilmu Kedokteran Klinik UGM pada 2009.

Artikel kedua yang muncul di hasil pencarian Google Cendekia memang menampilkan nama Tifauzia Tyassuma, namun bukan sebagai salah satu penulis jurnal itu. 

Anehnya, penulis artikel berjudul "Manfaat Jamu Empon-Empon untuk Peningkatan Imunitas Tubuh pada Masa Pandemi Covid-19" itu mengutip sebuah artikel web (dikutip Saldyni, 2021)  yang justru ketika diklik tidak menampilkan nama Tifauzia Tyassuma.

halaman dua PDF dalam syakhnurjati.ac.id - dokpri
halaman dua PDF dalam syakhnurjati.ac.id - dokpri

Ini hasil tangkapan layar artikel yang dirujuk:

Artikel Saldyni justru tidak memuat nama Tifauzia - tangkapan layar urbanasia.com.
Artikel Saldyni justru tidak memuat nama Tifauzia - tangkapan layar urbanasia.com.

Jujur, saya sebagai seorang akademisi juga bingung. Mengapa bisa terjadi demikian. 

Kedua, dua buku karya Tifauzia dihargai sangat mahal  

Hal kedua ialah bahwa harga sebuah buku karya Tifauzia dihargai sangat mahal dan lapak penjualnya melanggar aturan lokapasar. 

Buku berjudul Body Revolution itu dijual dengan harga 420.000. Pelapak di sebuah lokapasar yang menjual buku itu melakukan pelanggaran.

Pelapak penjual buku Tifauzia melakukan pelanggaran -dokpri
Pelapak penjual buku Tifauzia melakukan pelanggaran -dokpri

Tentu tidak ada hubungan langsung antara penulis dengan pelapak di lokapasar. Akan tetapi, masalahnya adalah bagaimana masyarakat luas bisa mengakses buku jika buku itu terasa mahal (bagi saya) dan sulit didapatkan?

Ketika saya mengulik situs ahlina.org untuk mencari buku karya Dokter Tifauzia, halaman ini yang muncul:

Dua buku karya Dr Tifauzia dihargai Rp 500.000 per buku - tangkapan layar ahlina.org
Dua buku karya Dr Tifauzia dihargai Rp 500.000 per buku - tangkapan layar ahlina.org

Saya menduga, dua buku karya Dokter Tifa ini sangat revolusioner dan berbobot tinggi sehingga dihargai Rp.500.000 per buku. Tentu sangat disayangkan bahwa pembaca yang berkantong pas-pasan seperti saya ini terhalang membeli karya yang mahal itu. 

Ketiga, profil Dokter Tifa kurang rinci mencantumkan almamater dan lembaga terafiliasi

Amat disayangkan bahwa profil Dokter Tifa kurang rinci mencantumkan almamater dan lembaga terafiliasi. Padahal, rincian itu akan mempermudah orang awam untuk memahami kehebatan Dokter Tifa sebagai ""Medical Doctor, Nutritional Neuroscientist, Molecular Epidemiologist, Author of several books, also PhD Candidate in Philosophy & Social Political Science."

Saya menyarankan agar Dokter Tifa memverifikasi lebih lanjut di mana beliau menempuh pendidikan dan di lembaga mana beliau mengabdi sebagai akademisi.

Tentu kampus-kampus dan lembaga-lembaga akan sangat bangga jika situs mereka dicantumkan dalam profil pribadi sekaliber Dokter Tifa yang luar biasa. Betapa tidak, bidang-bidang keilmuan yang diklaim dikuasai Dokter Tifa sangatlah luas:

Mulai dari dokter, ahli nutrisi, ahli epidemi molekuler, filsafat, dan ilmu sosial politik. Wah, saya benar-benar kagum! 

Mungkin perlu ditambahkan lagi satu keahlian Dokter Tifa: meneliti keaslian ijazah. Salam santun dari saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun