Hari Senin. Hari yang biasanya diisi upacara bendera. Juga di SD Ambyar 102 Kelurahan Asem Tenan. Pak Guru wali kelas menunjuk Udin menjadi komandan upacara.
**
"Din, kamu bisa jadi petugas upacara?" tanya Pak Guru pada si Udin beberapa hari lalu.
"Hm...gimana ya, Pak...saya belum pernah, tapi mau mencoba," jawab Udin.
"Nah, gitu dong. Hebat kamu. Berani mencoba. Nanti baca saja urutan upacara di teks yang Bapak berikan, ya," kata Pak Soleh Solihin.
"Kalau bisa Udin juga ingin lihat rekaman video upacara, Pak. Biar Udin bisa pelajari juga," pinta si Udin.
"Wah, keren sekali usulanmu, Din. Baik, nanti Udin bisa nonton video rekaman di Yutub. Pakai laptop Bapak, ya," kata Pak Soleh.
**
Upacara pun dimulai. Dengan gagah Udin menjadi petugas upacara. Pak Kepala Sekolah memuji Udin pada bagian akhir amanat upacaranya.
"Lihatlah Udin yang berani menjadi petugas upacara. Murid-murid lain juga bisa belajar ya jadi petugas upacara," pesan Pak Kepala Sekolah.
Udin pun tersenyum. Ia terbawa rasa bahagia yang membuncah.Â
Ketika pembina upacara hendak selesai menunaikan tugasnya, Udin dengan lantang berteriak, "Pembina Upacara meninggal di lapangan upacara".
Pak Kepala Sekolah terkejut setengah hidup. Seluruh peserta upacara terkekeh-kekeh.Â
Udin masih belum mengerti. Karena mengira perkataannya kurang jelas didengar, dia lalu berseru lagi, "Pembina Upacara diharapkan meninggal di lapangan upacara".
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H