Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kerusuhan Kanjuruhan, Buruknya Manajemen Penonton, dan Nasib Piala Dunia U-20 di Indonesia

2 Oktober 2022   10:55 Diperbarui: 2 Oktober 2022   16:51 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusuhan Kanjuruhan dan Nasib Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U20 -Surya Malang/Purwanto

Kerusuhan suporter yang terjadi setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam menewaskan 129 korban.

Sekitar 3.000 suporter memasuki lapangan untuk melampiaskan kekecewaan atas kekalahan tuan rumah atas tim tamu. Aparat keamanan menanggapi aksi brutal oknum suporter dengan aksi represif. Gas air mata dikeluarkan, meski sejatinya aturan FIFA melarang penggunaan gas air mata di stadion.

Kerusuhan Kanjuruhan bukti buruknya manajemen massa di stadion Indonesia

Kerusuhan Kanjuruhan ini menjadi bukti terbaru buruknya manajemen massa di stadion-stadion Indonesia. Masih segar dalam ingatan, dua orang suporter meninggal di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, pada Jumat (17/6/2022) malam. Waktu itu mereka menyaksikan pertandingan antara Persib Bandung melawan Persebaya Surabaya pada penyisihan Grup C Piala Presiden 2022.

Diperkirakan, jumlah penonton yang hadir saat itu melebihi kapasitas GBLA yang hanya 15.000 penonton saja. Penonton yang membeludak di pintu masuk membuat dua korban tewas kehabisan oksigen. Pagar pembatas pun dijebol penonton yang ingin masuk stadion.

Berselang beberapa bulan, terjadi lagi kericuhan di stadion. Kali ini terjadi di Kanjuruhan saat ribuan oknum suporter tuan rumah memaksa masuk lapangan untuk melampiaskan kekecewaan mereka setelah tim kesayangan kalah dari tim tamu. 

Sepertinya para pengelola pertandingan sepak bola tidak belajar dari kesalahan masa lalu. Manajemen penonton di stadion-stadion sepak bola kita sangatlah buruk.

Pengalaman menonton langsung di sebuah stadion di DIY

Beberapa tahun silam, saya menonton pertandingan secara langsung di sebuah stadion di DIY. Saya bisa membeli tiket tanpa menyerahkan kartu identitas. Artinya, tiket yang dijual memang tiket tanpa nama. 

Hal ini membuat penonton "merasa aman" karena identitas mereka tidak tercatat sistem pertandingan di stadion. Anonimitas adalah sesuatu yang sangat berbahaya karena dalam anonimitas, orang bisa berbuat sesuka hati. 

Anonimitas di tengah massa suporter bisa berubah jadi aksi beringas. Persis seperti yang terjadi di GBLA dan Kanjuruhan. 

Pengalaman menonton langsung di Eropa

Hal berbeda diterapkan di negara-negara maju, misalnya di Jerman. Diterapkan pengawasan terhadap suporter yang membeli tiket masuk. Jumlah penonton dan tiket masuk sudah diatur agar tidak melebihi batas.

Penjualan tiket mengandaikan identitas pembeli. Anonimitas massa diusahakan tidak terjadi. Kamera pengawas (CCTV) dipasang di penjuru stadion. Petugas keamanan disesuaikan jumlahnya dengan proporsi penonton. 

Sementara di Kanjuruhan, oknum penonton anonim merajalela. Menyerang tim lawan dan petugas keamanan. Akhirnya petugas keamanan yang tak sebanding jumlahnya pun bereaksi dengan represif. 

Di antara para korban tewas, banyak yang belum dapat diidentifikasi. Mengapa? Karena mereka bagian dari massa anonim itu.

Anonimitas ini membuat penonton bisa leluasa masuk stadion tanpa harus membawa kartu identitas. Anonimitas membuat korban berjatuhan. 

Nasib Indonesia tuan rumah Piala Dunia U20

Tragedi kerusuhan Kanjuruhan memantik pertanyaan serius. Akankah Indonesia masih dipercaya FIFA menjadi tuan rumah Piala Dunia U20?

Kapan Piala Dunia U20 dilaksanakan? Menurut jadwal, dari 20 Mei 2023 - 11 Juni 2023 Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Ajang yang menjadi sorotan dunia karena akan hadir para pemain muda calon bintang masa depan sepak bola dunia.

Jika FIFA mempelajari runtutan tragedi GBLA dan Kanjuruhan, bisa jadi FIFA menemukan bahwa Indonesia memiliki masalah serius dalam manajemen penonton di stadion.

Sudah dua tragedi besar terjadi di tahun yang sama di dua stadion besar di Indonesia. Tentu FIFA paham betul situasi ini. Nasib Piala Dunia U20 di Indonesia menjadi sorotan.

Mungkin saja FIFA minimal memberikan catatan serius kepada Indonesia selaku calon tuan rumah Piala Dunia U20. Indonesia harus membuktikan diri mampu membenahi sistem manajemen penonton di stadion.


Sistem manejemen penonton ini antara lain adalah tanggung jawab PSSI selaku PanPel dan aparat keamanan serta segenap pemangku kepentingan sepak bola nasional.

Gesekan antarpenonton sudah harus diantisipasi. Ancaman keamanan juga patut diantisipasi secara serius. Citra Indonesia dipertaruhkan di mata dunia. Semua pihak harus berlaku profesional dan proporsional. 

Di sisi lain, penonton sepak bola kita juga harus mengoreksi diri. Nyawa itu tak bisa tergantikan oleh kemenangan atau kekalahan dalam pertandingan. Satu nyawa penonton tak bisa dikorbankan demi fanatisme buta. 

Turut berdukacita pada keluarga para korban. Inilah saatnya refleksi dan evaluasi besar-besaran pada penyelenggaraan kompetisi sepak bola kita. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun