Dalam terminologi dunia peretas, Bjorka dapat digolongkan sebagai hacker grey hat. Artinya dia berada di antara hacker black hat (yang melakukan peretasan demi keuntungan diri tanpa memberi masukan teknis pada situs yang ia bobol) dan hacker white hat (yang bertujuan baik, yakni memberitahu kelemahan sistem situs yang dibobol secara etis).Â
Memang benar, Bjorka menantang pihak-pihak tertentu dengan bahasa kasar. Akan tetapi, mungkin itulah bahasa sarkastis yang dia gunakan untuk memberikan masukan.Â
Nyatanya, sebagian (besar) warganet Indonesia justru bersimpati pada Bjorka yang dinilai berani menunjukkan kelemahan sistem proteksi digital situs-situs pemerintah.Â
Warganet pulalah yang "mendorong" Bjorka untuk membongkar data-data terkait kasus sensitif, semisal pembunuhan aktivis HAM Munir.Â
Apakah Bjorka orang Indonesia?
Warganet bertanya-tanya, apakah Bjorka orang Indonesia atau orang asing? Jawaban atas pertanyaan ini tidaklah sederhana. Kita bisa membangun hipotesis bahwa Bjorka adalah orang Indonesia karena dia tampak memahami isu-isu dalam negeri.Â
Dari segi kebahasaan, bahasa Inggris yang Bjorka gunakan juga terbilang sederhana. Kemungkinan dia bukan penutur asli bahasa Inggris. Akan tetapi, segi kebahasaan ini bisa jadi adalah juga trik Bjorka untuk menyembunyikan identitasnya yang sesungguhnya.Â
Berikut saya kutip "kesalahan" atau "ketidakluwesan" Bjorka berbahasa Inggris: "however if later you will still disabled my account...". Frasa itu memuat sejumlah kesalahan gramatikal. Broken english, singkatnya.Â
Dalam keterangan akun Twitternya, Bjorka menyebut diri tinggal di Warsawa, Polandia. Seingat saya, dia mengikuti hanya satu akun Twitter, yakni akun penyanyi Islandia, Bjork.
Nama akun @bjorkanism pun kiranya terinspirasi oleh penyanyi Bjork ini. Akan tetapi, tidak begitu jelas apakah ada kaitan antara Polandia, Islandia, dan sosok Bjorka yang sesungguhnya.