Menulis bukan sekadar menggoreskan aksara dalam rangkaian kata. Ada hikmat di dalam kalimat. Karena itu, menulis adalah sebuah ibadah untuk kebaikan.
Saya termasuk salah satu yang suka mengikuti lomba, meskipun tidak selalu menang. Juga gemar mengirim naskah ke berbagai media, meski lebih sering ditolak daripada diterima.
Masuk nominasi lomba blog Polri
Baru-baru ini Polri mengadakan lomba Setapak Perubahan Polri 2022. Lomba ini bertujuan untuk mengajak masyarakat dalam memberikan kesan, termasuk kritik, bagi perkembangan Polri.
Ada aneka lomba yang diadakan, mulai dari film pendek, tiktok, foto, sampai lomba blog. Saya menulis sebuah artikel mengenai pendekatan restorative justice Polri dalam kaitannya dengan hukum adat Dayak Kayan. Sila baca di sini.
Artikel itu pada intinya mendukung pendekatan musyawarah untuk mufakat yang digunakan Polri untuk menyelesaikan kasus-kasus ringan. Hal ini selaras dengan kearifan lokal masyarakat adat di penjuru Nusantara.Â
Saya bergembira karena karya ini mendapatkan penilaian yang baik dari dewan juri sehingga masuk nominasi 10 besar dari 83 peserta dari seluruh Indonesia. Saya memang tidak masuk tiga besar pemenang, yang akan langsung menerima hadiah dari Pak Kapolri Listyo Sigit.
Akan tetapi, saya tetap bersyukur sebab nominasi ini sangat berarti bagi saya, seorang penulis yang masih terus belajar untuk meningkatkan mutu dan manfaat tulisan. Apalagi para mitra lomba sebagian besar adalah narablog profesional yang punya situs sendiri dan sudah langganan juara lomba.
Mengapa tidak pernah rugi mengikuti lomba penulisan?
Saya meyakini, kita tidak pernah rugi mengikuti lomba penulisan. Tentu kita perlu bijak memilih lomba yang akan kita ikuti agar selaras dengan nilai kebaikan.