1) Tidak ada rasa rendah diri menghadapi tim-tim lawan yang berpostur lebih ideal, seperti Kuwait dan Yordania.Â
STY berhasil memodernisasi permainan timnas Indonesia. Bola dari kiper dialirkan secara sistematis pada 3 bek yang lincah bergerak bak bek-bek modern.Â
Dari lini belakang, bola dialirkan terutama melalui sayap yang dihuni para pemain berkecepatan tinggi dan lincah. Umpan cut back kerap disajikan para pemain sayap kita. Pratama Arhan diplot layaknya Rory Delap, mantan pemain Stoke yang punya lemparan ke dalam ajaib.
2) Efektifitas permainan berfokus pada hasil, sekaligus memainkan sepak bola positif.Â
Timnas kita di bawah bimbingan STY menjadi tim yang berorientasi pada hasil sekaligus menampilkan sepak bola yang atraktif dan enak ditonton. Bukti terbaru, para pemain kita terus menggempur Nepal hingga detik terakhir! Mereka sangat haus gol dan haaus  kemenangan besar yang lama dirindukan suporter Garuda!
3) STY percaya pada para pemain (muda)
STY dikritik ketika tidak memilih striker tersubur Liga Indonesia, Spaso yang jadi top skor Liga Indonesia musim lalu. STY bukannya tidak peduli pada bakat Spaso (usia 32 tahun), tetapi memang STY lebih percaya pada para pemain muda.
Terbukti, rerata umur pemain Indonesia dalam laga melawan Kuwait adalah 25,4 tahun. Sangat ideal sebagai tim yang mengandalkan kecepatan dalam transisi bertahan ke menyerang dalam formasi 3-4-3.
Dalam laga melawan Nepal, STY tak segan melakukan rotasi demi memberi pengalaman bertanding pada para pemain muda Indonesia. Tak terkecuali, bagi mereka yang tadinya duduk di bangku cadangan saat melawan Kuwait dan Yordania.
STY wajib latih timnas senior dan dapat training ground
Indonesia lolos ke Piala Asia 2023, STY wajib latih timnas senior Indonesia dan dapat training ground. Ini adalah tuntutan yang sangat wajar dan wajib segera dipenuhi PSSI.