Pelatih Golden State Warriors, Steve Kerr tidak ingin berbicara tentang bola basket dalam konferensi pers sebelum pertandingan menjelang Game 4 final Wilayah Barat melawan Dallas Mavericks pada Selasa malam.
Basket, katanya, tidak lagi penting jika dibandingkan masalah penembakan massal yang terus terjadi di Amerika Serikat.
"Ada 14 anak tewas, 400 mil dari sini. Dan seorang guru," kata Kerr merujuk pada penembakan massal yang terjadi di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, Selasa.
Sedikitnya 19 anak dan dua guru tewas setelah penembakan di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, pada Selasa, menurut Departemen Keamanan Publik Texas.
Tersangka berusia 18 tahun, seorang siswa di SMA Uvalde, juga tewas, kata Gubernur Greg Abbott.
Penembak diidentifikasi oleh sumber penegak hukum dan gubernur sebagai Salvador Ramos. Pihak berwenang telah menemukan senapan AR-15 dan banyak magasin, beberapa sumber penegak hukum mengatakan kepada ABC News.
Para siswa yang ditembak sebagian besar adalah siswa kelas tiga dan empat, menurut sumber tersebut.
Pihak berwenang awalnya mengatakan tersangka juga diduga menembak dan membunuh neneknya di tempat terpisah sebelum memasuki sekolah dan kembali melepaskan tembakan. Neneknya dalam kondisi kritis tetapi masih hidup.
Memahami Kritik Steve Kerr atas tragedi penembakan massal di AS
Video wawancara Steve Kerr pascatragedi di Uvalde, Texas mendapat sambutan beragam dari warganet AS dan dunia. Sebagian besar mendukung keberanian Steve Kerr sebagai pelatih tim basket NBA yang berani menyuarakan suara mereka.
"Kapan kita akan melakukan sesuatu?" teriak Kerr sambil memukulkan tangannya ke meja. "Saya lelah. Saya sangat lelah untuk bangun dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang hancur di luar sana. Saya sangat lelah, maaf, maafkan saya, saya lelah dengan saat-saat hening. Cukup sudah!"
Kerr telah lama menentang kekerasan bersenjata. Ayah Kerr ditembak mati dalam serangan teroris di Beirut pada tahun 1984. Kerr telah mengabdikan sebagian besar waktunya guna menyerukan reformasi hukum senjata.
Pada banyak kesempatan, Kerr telah merujuk ke H.R.8, sebuah RUU yang akan memperketat aturan pemeriksaan latar belakang untuk transfer senjata api di antara pihak swasta. RUU itu disahkan di Dewan Perwakilan Rakyat AS pada awal 2021, tetapi tidak pernah sampai ke lantai Senat.
"Ada alasan mengapa mereka tidak memilihnya," kata Kerr. "Untuk mempertahankan kekuasaan."
Kerr melanjutkan,"Saya bertanya kepada Anda: [Pemimpin Minoritas Senat] Mitch McConnell, saya meminta Anda semua senator yang menolak untuk melakukan apa pun tentang kekerasan dan penembakan di sekolah dan penembakan di supermarket.Â
Saya bertanya kepada Anda: Apakah Anda akan menempatkan keinginan Anda sendiri untuk kekuasaan di atas kehidupan anak-anak kita dan orang tua kita dan jemaat gereja-gereja kita? Karena seperti itulah kelihatannya. Itulah yang kita lakukan setiap minggu."
AS sulit keluar dari tragedi penembakan massal
Amerika Serikat sejak lama menghadapi rangkaian tragedi penembakan massal. Negeri Paman Sam itu sangat sulit keluar dari penembakan massal karena aturan kepemilikan senjata yang longgar.
Memang benar, setiap negara bagian memiliki aturan tersendiri. Akan tetapi, secara umum kondisi AS dalam mengontrol senjata untuk sipil sangatlah memprihatinkan.Â
NPR merilis, sebelum tragedi 19 anak dan 1 guru tewas ditembak di Texas saja, sudah ada 198 insiden penembakan terjadi di AS selama tahun 2022. Padahal, ini baru bulan Mei.Â
Di AS pada tahun 2021 Â terjadi 693 penembakan massal, menurut Arsip Kekerasan Senjata. Tahun sebelumnya, 2020, terjadi 611 penembakan massal.Â
Rata-rata kasus penembakan massal di Amerika Serikat adalah 10 kasus per minggu
Pembantaian tidak muncul begitu saja, kata Mark Follman, yang telah meneliti penembakan massal sejak 2012, ketika seorang pria bersenjata membunuh 12 orang di sebuah bioskop di Aurora, Colorado.
"Ini adalah kekerasan yang direncanakan. Dalam setiap kasus ini, selalu ada jejak ... tanda-tanda peringatan perilaku," katanya kepada NPR.
Sudah jadi rahasia umum, ada lobi-lobi politik industri senjata yang membuat anggota parlemen AS sebagian besar bungkam soal aturan kepemilikan senjata yang lebih ketat.
Lobi-lobi ini mendukung kampanye para kandidat yang mau tunduk pada kepentingan industri senjata. Ketika terpilih, para politikus pun mendukung industri senjata dengan dalih "memberi kebebasan lebih luas" bagi warga sipil yang ingin membeli senjata untuk melindungi diri.
Celakanya, pemeriksaan latar belakang calon pemilik senjata belum jadi prioritas di Negeri Paman Sam.Â
Steve Kerr, sang pelatih tenar, sudah menjalankan perannya dengan baik sebagai penyuara suara hati publik AS. Semoga jeritan nurani Kerr didengar oleh para politikus AS.
Duka cita kita untuk para korban dan keluarga korban penembakan massal di AS.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H