Rita, sebuah nama biasa. Puan bersahaja. Jatuh cinta pada pandangan pertama
seperti kata orang, cinta itu buta
atau lebih tepatnya, cinta itu membutakan bak nur cahaya.
Rita, pria yang engkau pilih sebagai suamimu itu bukanlah pria sempurna
namun engkau tak menunggu kesempurnaan untuk menyayangi sepenuh hati
seperti perajin gerabah yang tak gegabah
kala memilih tanah liat yang tak banyak dilihat.
Rita, hinaan dan cercaan lelaki pepuja hatimu itu
dalam nuranimu menyublim jadi kupu-kupu menawan
yang terbang melintasi jurang dendam dan luka perasaan
yang membawa serbuk sari pengampunan
dan mengubah insan keji jadi lembut hati
Rita, dalam hening malam isak tangismu mohon pertobatan
tuk sosok yang tak pantas dikasihani insan
menjelma kunang-kunang terbang
yang mengetuk pintu surga menjulang
Rita, tahukah engkau
kidung doamu dalam simpuh penuh itu
telah mengusik malaikatmalaikat
tuk turun membawa berkat
selaksa tirta pemadam kesumat
Rita, kala lelaki pepujamu tiada
ia tak sama dengan lelaki yang dulu engkau cintai terlalu dini
ia telah berpulang
membawa sekuntum kembang
ya, kembang yang engkau sirami
tiap malam dengan basah air mata seorang istri sejati
yang memeluk duri dengan senyum berseri
22 mei 22
untuk Rita dari Cascia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H