Mari kita belajar dari negara-negara maju di dunia. Masyarakat Eropa Barat, misalnya, terbiasa memilah sampah sesuai jenisnya. Pemerintah negara maju secara sistematis mengucurkan investasi berupa sarana dan prasarana pemilahan dan pengolahan sampah.Â
Yang terjadi di Yogya dan banyak tempat lain adalah sampah dicampur dan dicampakkan begitu saja oleh warga. Padahal, sampah bisa jadi berkah jika diolah.
Menyalahkan pemerintah saja tidak akan menyelesaikan masalah. Kita paham, dana pemerintah juga terbatas. Oleh karena itu:
- Mari kurangi sampah makanan dan organik. Biasakan belanja sesuai kebutuhan. Budayakan menghabiskan makanan.Â
- Mari kita pilah dan olah sampah di rumah dan komunitas kita sendiri. Sediakan tempat sampah terpilah: organik, anorganik (plastik, kertas, kaca, dan sampah tak terurai). Budayakan malu buang sampah tak terpilah.
- Mari buat RT dan RW kita peduli sampah. Buat kegiatan kreatif untuk mengurangi sampah dan mengolah sampah jadi berkah. Bisa dengan buat bank sampah lokal. Iuran bisa diganti "tabungan sampah".Â
- Buat edukasi sadar olah sampah jadi berkah di lingkup terkecil, mulai dari keluarga dan paguyuban terdekat kita.Â
- Buat sistem imbalan dan hukuman. Ini bisa dimulai juga dari keluarga dan rumah kita. Jika disiplin pilah dan olah sampah, beri hadiah sederhana.Â
Kota-kota Indonesia perlu menyediakan sarana berupa tempat-tempat sampah terpilah, bank-bank sampah yang memadai, dan TPST dengan metode modern. Metode sanitary landfill bisa dikombinasi atau diganti dengan Refuse Derived Fuel (RDF).Â
Refuse Derived Fuel (RDF) dihasilkan dari limbah domestik dan bisnis, yang meliputi bahan biodegradable serta plastik. Bahan bakar turunan sampah digunakan untuk menghasilkan energi di fasilitas penghasil listrik
Keragaman bahan yang dapat diproses dan diubah menjadi Refuse Derived Fuel berarti bahwa RDF menimbulkan manfaat lingkungan yang sangat besar.
Selain itu, rencana jangka panjang pembangunan juga perlu memprioritaskan pemilahan dan pengolahan sampah.Â
Salam peduli pilah dan olah sampah!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H