Yang mengherankan, Ricky Kambuaya tidak diganti meskipun penampilannya semenjana. Pelatih yang jeli akan berani mengganti pemain bukan berdasarkan nama besar, tapi penampilan aktual di lapangan.
Sebenarnya Ricky Kambuaya bisa saja diganti sejak awal babak kedua dengan pemain-pemain muda yang lebih enerjik dan haus lagi.Â
Dengan segala hormat, Ricky Kambuaya pada pertandingan lawan Vietnam tampak gagal fokus dan gagal menjadi dirinya sendiri.
3. Kesabaran untuk mendapatkan hasil yang realistis
Jujur saja, Vietnam berada jauh di atas Indonesia. Postur tubuh dan kualitas teknik para pemain Vietnam di atas rerata pemain Indonesia.
Hasil imbang atau kalah tipis adalah hasil realistis yang sebenarnya perlu diraih timnas Indonesia pada laga perdana. Pada babak pertama, imbang sudah sangat baik dan timnas kita berhasil.
Pada babak kedua, tinggal meneruskan saja performa ini. Tidak usah terburu-buru mengumpan. Vietnam mengajari kita untuk bersabar.Â
Buah kesabaran Vietnam adalah tiga gol yang tercipta pada babak kedua. Sementara timnas kita kini harus mengejar pula gol-gol untuk "menambal" defisit tiga gol ini dalam laga-laga grup berikutnya.Â
Apalagi, Filipina menang 4-0 melawan Timor Leste sehingga kini Filipina memimpin grup dengan selisih gol memasukkan-kemasukan plus 4, diikuti Vietnam dengan selisih plus 3.Â
Seandainya timnas kalah 1-0 saja lawan Vietnam, beban Indonesia tidak akan seberat sekarang. Tetapi, nasi sudah jadi bubur. Ayo bangkit Indonesia. Buktikan Garuda pantang menyerah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H