Mengikuti alur logika ini, menganggap konflik Israel dan Palestina sebagai konflik murni agama Yahudi dan Islam adalah juga kesalahan logika yang fatal. Sayangnya, narasi sebagian media massa dan oknum tokoh di Indonesia justru menutupi fakta sebenarnya.Â
Mengapa? Kiranya pihak-pihak yang melestarikan kesalahpahaman hendak mengambil keuntungan ekonomi dan politik. Ada yang memancing di air keruh!
Baca: Tiga Kesalahpahaman Sebagian Orang Indonesia mengenai Konflik Israel-Palestina
Lebih lagi, masyarakat Indonesia sangat dipengaruhi oleh agama. Suatu hal yang patut kita syukuri, namun juga patut kita waspadai karena isu agama selalu rawan dipolitisasi di Indonesia tercinta.Â
Sebagai akademisi, saya tergerak untuk menyumbang pencerahan mengenai situasi perpolitikan dalam negeri Israel yang mungkin selama ini jarang diulas tuntas oleh media massa Indonesia dan "disembunyikan" oleh oknum yang menginginkan "pelestarian kesalahpahaman" konflik Israel-Palestina.
Tidak semua warga dan politikus Israel setujui pendudukan Israel atas Palestina
Tahukah Anda bahwa ternyata tidak semua politikus dan warga Israel setujui pendudukan Israel atas Palestina? Sebagian partai di Israel bahkan sangat mendukung solusi dua negara, yang berarti bahwa mereka ingin mengakui pula eksistensi (warga) Palestina.Â
Partai Likud yang dipimpin Netanyahu cenderung menentang solusi dua negara (Israel dan Palestina). Sementara Partai Blue and White, rival Likud, dipimpin oleh Benjamin Gantz yang ingin agar Israel mengakhiri pendudukan atas Palestina.
Partai Arab Joint List menyerukan diakhirinya pendudukan. Partai ini mendukung pembentukan negara Palestina di sepanjang perbatasan perang pra-1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Menurut sebuah jajak pendapat gabungan antara Palestinian Center for Policy and Survey Research (PSR) di Ramallah dan the Evens Program in Mediation and Conflict Management di Tel Aviv University pada 2020, sebanyak 27% responden Israel menyetujui solusi dua negara.Â