Meskipun sudah puluhan tahun merdeka, pemerataan pembangunan masih terus menjadi pekerjaan rumah bagi negara kita Indonesia.Â
Bukan hanya soal infrastruktur pendidikan, perhatian pada talenta-talenta anak bangsa dari Sabang sampai Merauke masih perlu ditingkatkan.Â
Wahai, PSSI, bibit pemain timnas menanti di Indonesia timur dan pelosok Nusantara. Tak hanya di seputaran Jawa-Bali. Tak harus selalu mengincar pemain naturalisasi berdarah Indonesia.Â
Bukan berarti bahwa selama ini pemain Indonesia timur tidak berkesempatan membela timnas Indonesia putra dan putri. Â Justru sudah ada beberapa talenta Indonesia timur yang membuktikan, betapa dahsyatnya bakat dari timur Nusantara.Â
Sebut saja Ruly Nere, Boas Salossa, Titus Bonai, Todd Fere (Papua). Dari Maluku ada Ramdani Lestaluhu dan Manahati Lestusen. Dalam timnas senior terkini, ada nama Ramai Rumakiek dan Ricky Kambuaya (Papua) dan Marselino Ferdinand (keluarganya disebut dari Ngada oleh beberapa media) dan Yabes Roni (Alor).
Keunggulan para pemain dari daerah, khususnya Indonesia timur
Pengalaman saya bergaul akrab dengan rekan-rekan mahasiswa Indonesia timur menunjukkan, talenta olah raga mereka tidak kalah. Bahkan, dalam aspek tertentu, pada pemain sepak bola Indonesia timur unggul.Â
Antara lain dalam stamina, postur tubuh yang ideal, dan kelincahan. Juga dalam daya juang. Kiranya ini terbentuk secara alami berkat kondisi alam dan juga aspek spirit kultural.
Untuk mengenal sekilas talenta sepak bola Indonesia timur, ironinya kita tidak perlu jauh-jauh datang ke NTT, Maluku, atau Papua.Â
Cobalah Anda menyaksikan atau bertanding melawan tim-tim kampus di Yogyakarta, kota saya. Sebagian tim-tim kampus ini juga diperkuat para mahasiswa Indonesia timur.Â
Seorang teman saya asal Manggarai, Flores sangat piawai menggiring bola. Posturnya memang kecil, tetapi sangat lincah dan cerdik.Â
Sepintas, kemampuannya mengingatkan saya pada Lionel Messi sang bintang Argentina. Satu lagi rekan saya berpostur sangat kokoh. Dia adalah palang pintu andalan pertahanan tim kampus. Sangat sulit melewatinya.Â
Itu baru para pemain amatiran. Jangan lupa, sejumlah daerah di Indonesia timur terkenal sebagai penghasil pemain bola hebat. Salah satunya adalah Tulehu di Maluku Tengah. Di Tulehu terdiri dari beberapa marga, mulai dari Umarela, Nahumarury, Tuasalamony, sampai terakhir adalah Lestaluhu.Â
Beberapa klub juga mampu berprestasi di tingkat nasional maupun provinsi. Sebut saja Persipura Jayapura, Persiwa Wamena, Persidafon Dafonsoro, dan PS Ngada NTT.Â
Dua langkah menjaring bibit pemain timnas dari pelosok Nusantara
Jika PSSI ingin menjaring bibit-bibit pemain timnas Indonesia dari kawasan timur dan mana saja di Nusantara ini, saya sarankan PSSI melakukan langkah-langkah berikut:Â
1. Mengadakan pelatihan dan bermitra dengan pelatih olahraga
Guru dan pelatih olahraga adalah mitra strategis untuk menjaring bakal atlet. Sudahkah PSSI menjalin kerjasama dengan Kementerian Pendidikan untuk pelatihan pelatih olahraga? Anak-anak sekolah perlu diberi pelatihan teknik dan teori olah raga yang benar sejak dini.Â
PSSI juga perlu bermitra dengan pelatih olahraga lokal. Buatlah basis data pelatih olahraga lokal. Buat sistem informasi big data di mana guru dan pelatih bisa memberi informasi pada PSSI mengenai talenta siswa.Â
Jika dikelola dengan baik, saya yakin kita punya calon pemain timnas yang mumpuni dari penjuru tanah air.Â
2. Mengadakan kompetisi akar rumput bermitra dengan lembaga setempat
Yang khas di sebagian besar Indonesia timur adalah peran lembaga pendidikan dan keagamaan berasrama. Tidak berarti hanya yang kristiani. Di Indonesia timur pun ada pesantren.Â
Jika selama ini pernah ada Liga Santri, mengapa tidak juga Liga Asrama? Sekolah berasrama tidak hanya pesantren. Ada seminari, ada pula asrama biasa. Di antara warga asrama ini, ada banyak talenta olahraga!
Anak-anak asrama punya keunggulan dibandingkan rerata anak bukan asrama. Antara lain, sikap disiplin dan kebersamaan. Dua sikap ini adalah syarat atlet yang baik.Â
Jika PSSI serius ingin mendapatkan talenta pemain yang lebih banyak dan berkualitas, selenggarakan kompetisi usia dini dalam tajuk Liga Santri atau Liga Sekolah/Asrama Nasional.Â
Gulirkan dana perbaikan dan pembangunan infrastruktur olahraga di pelosok Indonesia. Jika pemerintah berhasil membangun waduk dan jalan, artinya bisa juga membangun stadion dan pusat pembinaan atlet yang layak di daerah.Â
Contohlah China, Amerika Serikat, dan negara maju lainnya yang punya pusat pembinaan atlet hingga tingkat daerah.Â
Semua tergantung pada kehendak politik yang kuat untuk memeratakan pembangunan dan menjalin kerjasama sebagai bangsa yang bhinneka.Â
PSSI sebenarnya tahu, kita memiliki jawaban atas pertanyaan klasik: "Mengapa Indonesia yang penduduknya hampir 275 juta jiwa ini tidak bisa menghasilkan sebelas pemain timnas?"
Bukan soal kita tidak punya talenta. Talenta atlet, termasuk pemain timnas Indonesia menanti untuk ditemukan dan dibina. Sesederhana itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H