Menebarkan kebaikan melalui tulisan adalah sebuah panggilan jiwa setiap insan. Inilah yang disadari pula oleh Ibu Lilia Gandjar melalui artikelnya "Untuk Saya Membaca Itu Penting, Bagaimana untuk Anda?".
Karya yang diunggah akun Inspirasiana Kompasiana ini adalah ajakan berkelas untuk mencintai budaya literasi. Ibu Lilia merelakan artikel ini untuk dibedah dan diberi masukan oleh Ruang Berbagi.Â
Daya tarik artikel ini
Ibu Lilia berhasil menarik minat pembaca yang singgah di artikel ini dengan sejumlah teknik menulis yang baik. Saya mengamati setidaknya ada dua teknik membuka sebuah tulisan yang telah Ibu Lilia aplikasikan:
Pertama, penggunaan kata mutiara
Quote atau kata mutiara adalah salah satu cara menarik perhatian pembaca di awal tulisan. Ibu Lilia telah memakai kata mutiara dari Seph Fontane Pennock.
Catatan kecil, bagi saya lebih baik bila kutipan ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia meskipun tentu nuansa aslinya berubah ketika diterjemahkan.Â
Khalayak pembaca belum tentu memahami bahasa Inggris dengan baik. Solusinya, kita bisa mencantumkan versi asli dan terjemahan sekaligus.Â
Umpama:Â
Naskah Ibu Lilia:
Life becomes infinitely more enjoyable when we live with meaning and purpose - Seph Fontane Pennock
Saya setuju dengan pendapat Seph Fontane Pennock, seorang psikolog, tentang hidup. Dia menulis jika hidup dapat menjadi hal yang manis jika kita dapat menajamkan bakat, menyalurkan minat, dan sekaligus menolong orang lain.
Versi Ruang Berbagi:
Hidup menjadi lebih dapat dinikmati secara penuh kala kita menghayatinya dengan makna dan tujuan - Seph Fontane Pennock.
Itulah terjemahan atas kata mutiara sang psikolog dalam bahasa Inggris, "Life becomes infinitely more enjoyable when we live with meaning and purpose". Â Ya, hidup menjadi lebih terasa manis manakala kita berusaha menajamkan bakat dan minat serta menolong sesama insan.
Kedua, penggunaan kisah pengantar
Ibu Lilia piawai menggunakan kisah pengantar untuk membawa pembaca menuju topik utama artikel. Kisah nyata ibu beliau yang aktif menulis cerpen menjadi inspirasi bagi beliau untuk menulis bagi masyarakat.Â
Saya menyarankan agar Ibu Lillia dan rekan-rekan penulis belajar dari para penulis yang juga piawai menggunakan kutipan dan kisah pengantar.Â
Salah satu sosok penulis yang saya rekomendasikan adalah Ibu Karla Wulaniyati, sahabat literasi saya di Kompasiana ini. Silakan baca artikel-artikel menarik khas beliau dengan klik di sini. Salah satu Artikel Utama beliau sangat apik: Banjir Yang Bersahabat dengan Kemalasan dan Keserakahan.
Isi artikel
Inti artikel Ibu Lilia adalah ajakan untuk mencintai kebiasaan membaca dan menulis. Ini selaras dengan gerakan yang dicanangkan pemerintah kita dalam Gerakan Literasi Nasional (GLN).Â
Penjelasan sangat lengkap. Catatan kecil, bagi saya (selera bisa berbeda) beberapa rincian bisa diringkas sehingga artikel lebih padat. Misalnya enam komponen dan tiga komponen bisa: 1) dihilangkan karena menjadi daftar panjang, atau 2) disajikan bukan dalam bentuk daftar berbaris, tetapi menjadi satu kalimat.
Setiap penulis tentu tergoda untuk menyajikan data lengkap pada pembaca, namun hal ini perlu dilakukan secara selektif dan padat.Â
Di Kompasiana, seperti pada media daring lainnya, rentang perhatian pembaca tidaklah panjang. Jika bisa diringkas, mari kita ringkas.Â
Selain catatan kecil ini, Ibu Lilia sudah berhasil mengemas ajakan secara berkelas. Ibu Lilia sudah menganggit 119 karya dengan 16 Artikel Utama Kompasiana di akun pribadinya. Tampak bahwa beliau mengutamakan kualitas di atas kuantitas. Ini dilakukan di tengah kesibukan beliau. Salut!
Apresiasi untuk puan penulis Kompasiana
Siapa penulis opini yang juga layak kita ulik dan pelajari? Ada banyak di Kompasiana ini. Tanpa bermaksud merendahkan penulis lain yang juga budiman dan teladan, saya tidak bisa menyangkal bahwa saya belajar banyak dari Ibu Leya Cattleya.
Ibu Leya Cattleya adalah pemenang tiga penghargaan sekaligus (!) pada ajang Kompasianival 2020, yakni best in opinion, people choice dan the headliner. Silakan kunjungi akun beliau di sini.Â
Ada banyak puan penulis di Kompasiana ini. Saya selalu angkat topi karena saya tahu, pada umumnya tidak mudah menjadi puan penulis dalam konteks kesibukan profesi dan rumah tangga.Â
Silakan baca "Menjadi Penulis sekaligus Ibu Rumah Tangga Bukan Perkara Mudah" karya Ibu Martha Weda! Salut dan salam hormat untuk seluruh puan paramarta penulis di Kompasiana ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H