Sangat sulit memetakan motivasi para tentara bayaran itu. Istilah tentara bayaran sendiri sudah problematis. Secara struktural, mereka tidak dipekerjakan secara resmi oleh militer negara yang saat ini mereka bela dengan pertaruhan nyawa.Â
Mungkin mereka mendapatkan dukungan perlatan dan uang, entah dari siapa. Motivasi mereka pun sangat beragam. Mulai dari perasaan kecewa terhadap nasib di negara asal, keinginan membela negara lain yang menurut mereka "pantas dibela", sampai depresi psikologis yang membuat mereka kehilangan tujuan hidup.Â
Jumlah dan nasib mereka di tengah konflik dan peperangan juga sangat sukar dipastikan. Seandainya mereka tertangkap musuh, mereka sangat mungkin tidak punya lagi dokumen kependudukan negara asal.Â
Seandainya mereka meninggal dunia, status para tentara bayaran ini pun sangat mengenaskan. Akan dimakamkan oleh pihak mana? Siapa yang rela mengurus jenazah tentara bayaran? Akankah keluarga mereka dikabari, jika pun mungkin? Oleh siapa?
Inilah rentetan ironi dan misteri tentara bayaran dalam konflik dan perang yang terjadi di penjuru dunia: Kehadiran mereka secara resmi tidak diakui, namun sangat diperlukan oleh pihak yang berperang. Nasib mereka sangat tidak jelas ketika perang sungguh terjadi.Â
Seandainya para tentara bayaran itu salah satu kerabat kita, tentu kita akan sangat prihatin. Akan tetapi, tidak perlu seseorang harus jadi kerabat kita. Setiap insan adalah saudara kita dalam kemanusiaan.Â
Dalam doa kita, mari kita sisipkan doa bagi perdamaian dunia. Juga bagi (keluarga) para tentara bayaran yang tak jelas nasibnya di luar sana. Salam damai!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H