Yang kurang digali adalah pelukisan tokoh antagonis, yaitu Roby. Bagaimana pengkhianatan itu secara rinci terjadi? Mungkin lebih dahsyat ketika Roby ternyata meninggalkan Anin demi sahabat dekat Anin.
Ibarat lukisan, terang akan menjadi lebih terlihat ketika gelap pekat. Protagonis akan makin tampak ketika antagonis juga kuat.
Ada satu nama tokoh yang sebenarnya kurang perlu dirinci karena akhirnya tidak banyak mempengaruhi kisah, yaitu Adzkia Samha Saufa. Selain itu, saya cenderung memilih nama tokoh yang singkat (satu kata) sehingga pembaca mudah mengingatnya.
Dalam sebuah cerpen, lazimnya ada tahap eskalasi konflik, kemudian penyelesaian masalah secara bertahap atau singkat.
Eskalasi atau perumitan masalah bisa diciptakan dengan kehadiran tokoh figuran yang membawa masalah baru atau suatu berita yang memuat konflik baru.
Demikian pula, penyelesaian masalah bisa ditempuh dengan proses. Kemunculan tokoh baru atau berita baru bisa menjadi cara penulis untuk menyajikan proses penyelesaian masalah. Tahap-tahap ini belum begitu tampak dalam cerpen Aki Hensa yang satu ini.
Sekadar ulasan singkat, unsur-unsur utama cerpen biasanya (tidak harus selalu ada dan demikian urutannya) adalah:
- Perkenalan tokoh dan konteks cerita
- Permasalahan pokok
- Perumitan masalah
- Usaha penyelesaian masalah
- Akhir kisah
Teknis penulisan
Dari sisi teknis penulisan, ada sejumlah hal yang perlu kita perhatikan:
1. Penulisan huruf kecil setelah petikan langsung berakhiran tanda tanya dan seru.
Contoh dalam cerpen Aki Hensa: "Anin, kamu bisa hadir nanti?" Kata Renata (...).
Contoh dalam cerpen Kompas, "Dua Wajah Ibu" (Guntur Alam): ”Dengan siapa Mak ke situ?” lontarnya.