Waktu aku kecil, rasanya senang sekali pakai seragam sekolah.Â
Salah satu hal yang unik adalah bentuk dasi mungil yang kadang kami kenakan sebagai bagian dari seragam sekolah.Â
Sayangnya, dasi mungil merah itu bukan seperti dasi orang dewasa yang menuntut cara tertentu untuk membuat simpul dasi.
Dasi anak SD ya hanya dari karet elastis. Serba praktis, tapi tidak melatih anak untuk membuat simpul dasi.Â
Akibatnya, aku sekarang tidak bisa buat simpul dasi orang dewasa. Lah gimana bisa, waktu SD dasinya beda. Dasinya yang salah. Pokoknya gitu.Â
Tapi pengalaman yang kocak bukan soal dasi Ratnasari. (Yah...ketahuan umurku Gen Z/jenset).
Suatu hari aku yang masih SD kelas V bangun tidur. Di luar matahari bersinar terang.Â
Seperti biasa aku mandi, lalu dengan semangat memakai seragam sekolah.Â
Ketika bibiku melihat aku sudah rapi, beliau berkomentar, "Wah, rapi sekali. Mau ke mana?"
Aku dengan mantap menjawab, "Ya mau sekolah lah, Bibi".
Bibiku tersenyum, lalu berkata, "Lihat dulu jam dinding itu."
Aku segera melihat jam. Oh, kok jam 4? Bukannya seharusnya jam 6 pagi?Â
Aku baru sadar, ini jam 16.00. Aku baru bangun tidur siang.Â
Bibiku tertawa melihat mukaku yang memerah karena malu. Ya, itulah akibat terlalu semangat pakai seragam tapi lupa jam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H