wajan raksasa itu hanya membuat saya terantuk online saja. Otomatis saya batal ngantuk gegara membaca berita yang dimuat Tribun Jogja itu.Â
Siang-siang pada jam ngantuk, saya terantuk sebuah wajan. UntungnyaPenduduk Padukuhan Kretek, Kalurahan Jambidan, Kapanewon Banguntapan, Bantul, DIY dikejutkan penemuan wajan raksasa. Penemunya bukan tukang besi tua, tapi seorang petugas gali kubur tanah dengan mesin ekskavator pada Selasa (31/8/2021).
Rencananya kawasan seputar lokasi penemuan itu akan dijadikan lapangan sepak bola. Ternyata pada masa lalu para alien sudah main sepak bola di situ dengan piring terbang yang sampai terbelah jadi dua dan malah jadi menyerupai wajan.
Pada awal penemuan wajan raksasa itu, warga juga sempat kebingungan mengenai fungsi semula wajan raksasa yang ditemukan dalam kedalaman tiga meter itu.
Ada yang menduga, wajan itu untuk menggoreng anak-anak yang suka mencuri mangga kerupuk. Ada pula yang mengira, wajan itu dulunya digunakan tentara Belanda untuk memasak makanan.Â
Syukurlah, akhirnya ada seorang warga yang memberikan penjelasan yang lumayan masuk akal. Semula "wajan raksasa itu" hendak digunakan untuk menampung air  dari Sungai Opak pada era 1970-an.
Tujuannya untuk menampung air yang lantas disedot diesel kemudian disalurkan sampai ke barat, sampai Wirokerten. Hmm, cukup menarik juga idenya, ya? Meskipun dalam hati saya, jujurly ada keraguan: masa sih mau menampung air sungai dengan wajan? Kenapa tidak dengan gayung saja?
Sayangnya, ide irigasi dengan "wajan raksasa" itu batal terwujud. Proyek irigasi kreatif itu pun mangkrak. Jadi proyek mangkrak atau terbengkalai itu ternyata sudah ada sejak dahulu kala.
Jadi, kita tidak perlu kaget kalau ada calon stadion mangkrak, calon terminal mangkrak, dan calon pasar mangkrak di Indonesia ini. Sudah jadi tradisi yang perlu dilestarikan bersama.Â
Mungkin kita bisa mengusulkan tradisi mangkrak pada YU NESCO sebagai warisan budaya takbenda kebanggaan Indonesia.
Iya, menurut saya kita harus secepatnya menyampaikan usulan ini pada YU NESCO (rumahnya dekat Yu Sum yang jualan sayur di Beringharjo).Â
Saya cemas, jangan sampai Negeri Upin-Ipin mengeklaim tradisi mangkrak ini sebagai budaya mereka. Jangan sampai budaya kita diklaim negara tetangga lagi!
Mari kembali ke leptop. Saking semangatnya saya mengisahkan wajan raksasa ini, saya sampai lupa menyebut ukurannya. Diameternya 2,5 meter dan tingginya 1 meter.Â
Lumayan besar. Kiranya wajan raksasa ini cukup untuk menampung rindumu pada mantan-mantan. Eh tapi tergantung juga, sih. Berapa mantanmu.Â
Tulisan ini bukan hoaks. Setidaknya terinspirasi kisah nyata yang dimuat di Tribun Jogja. Sampeyan pun bisa kok mengunjungi lokasi penyimpanan wajan raksasa yang kini jadi objek wisata ini. Ciyus.Â
Kebetulan waktu saya kecil, saya tinggal tidak jauh dari situ. Makanya saya nulis ini karena sebenarnya saya rindu pada mantan-mantan saya dulu. Mantan teman main bola, maksudnya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI