Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontroversi Ucapan Selamat Natal dan Keluarga Kami yang Bhinneka

23 Desember 2021   15:30 Diperbarui: 23 Desember 2021   15:37 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silaturahmi Natal warga Dusun Losari RT 04/RW 04, Kelurahan Lodoyong, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, (26/12/2017) (KOMPAS.com/Syahrul Munir)

Pertama-tama, tulisan ini adalah kisah nyata yang keluarga besar kami alami, tanpa maksud untuk mencampuri urusan orang lain. 

Bukan pula untuk membahas kontroversi tentang apa boleh atau tidak mengucapkan selamat Natal dan hari besar keagamaan lain. Suatu "siklus tahunan" yang biasanya muncul jelang Natal. 

Setiap warga negara berhak menjalankan ajaran agama dan kepercayaannya sesuai amanat UUD 1945. Tentu dengan memperhatikan konteks hidup kita dalam masyarakat bhinneka. 

Keluarga kami diwarnai keberagaman suku dan agama

Saya merasa sangat beruntung memiliki keluarga besar yang diwarnai keberagaman suku dan agama. 

Saya sendiri jadi bingung ketika ditanya apa suku saya. Dalam diri saya, ada darah Tionghoa, Belanda, dan Jawa. Suku saya ya Indonesia. 

Keluarga besar kakek dan nenek saya telah sering berpindah tempat tinggal karena tuntutan pekerjaan. Maklum, kakek saya dari pihak ibu adalah seorang anggota TNI. Dari pihak ayah, kakek saya dulunya pelaut. 

Perpindahan domisili ini turut mempengaruhi peningkatkan keberagaman suku, agama, dan ras dalam kawin-mawin keluarga besar kami. Karena itu, saya punya kerabat bersuku Batak, Manado, Jawa, Sunda, Melayu, dan sebagainya. 

Di keluarga besar kami, ada pemeluk aneka agama dan tafsiran keagamaan. Umpama, sebagian paman dan bibi saya beragama Islam, Katolik, dan Kristen Reformasi (Protestan).

Di antara kerabat saya, ada pula yang berpindah keyakinan. Sebagian bahkan beberapa kali berpindah keyakinan. Saya tidak memandang hal ini sebagai sesuatu yang memalukan atau aneh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun