Kiper Keo-Oudone Souvannasangso diganti meskipun dia tampil lumayan bagus di babak pertama. Buktinya, Souvanna "hanya" kebobolan dua gol di babak pertama. Satu penalti istimewa Asnawi. Satu lagi gol Irfan Jaya.Â
Biasanya pergantian kiper dilakukan jika situasi sangat mendesak, yakni saat cedera. Menariknya, kiper kedua Laos sempat "kesakitan". Komentator laga mengatakan, ini masalah besar karena Laos bisa terpaksa memainkan kiper ketiga mereka.Â
Nah, mengapa memaksakan kiper pengganti (no. punggung 1) masuk padahal kiper pertama masih sehat? Aneh. Apakah demi pemerataan menit bermain? Mungkin saja, tetapi tetap aneh.Â
Apalagi kiper kedua yang dimasukkan justru kebobolan tiga gol pemain Indonesia di babak kedua. Jadi secara jumlah gol, kiper pertama lebih baik (hanya kebobolan dua, satu dari penalti yang sulit diselamatkan).
Coba lihat gol kelima Indonesia yang dicetak dengan baik oleh bintang andalan Garuda, Evan Dimas. Kiper Laos sempat maju beberapa langkah, sebelum dia "berhenti".Â
Sebelum itu, para pemain belakang Laos tampak tidak menutup pergerakan Evan Dimas yang memang gesit.
Pergantian ganjil pada laga Laos vs Malaysia
Jika kita amati, bukan kali ini saja Laos melakukan pergantian pemain yang terbilang ganjil. Tanpa ada cedera serius, pada laga melawan Malaysia, pada awal babak kedua, pelatih Laos melakukan tiga pergantian pemain serempak:
- Chony Wenpaserth (striker, no 22) menggantikan Souk Aphone Vongchiengkham (pemain tengah)
- Aphixay Thanakhanty (bek, no 24) menggantikan Anantaza Siphongphan (bek)
- Kaharn Phetsivilay (pemain tengah, no 4) menggantikan Manolom Phetphakdy (tengah)
Mungkin saja ini pergantian taktikal dengan memasukkan pemain yang lebih segar. Hanya saja, terlalu cepat dan tidak mendesak karena toh Laos "hanya" kebobolan dua gol di babak pertama.Â