Ulang tahun ke-13 Kompasiana menjadi saat yang tepat untuk mensyukuri dan mengadakan refleksi sejenak. Tulisan ini adalah sekadar catatan ringan dari seorang warga Kompasiana.Â
Kompasiana tak bisa lepas dari grup induknya. Nama Kompas yang melekat di dalam nama Kompasiana adalah jenama yang memikat.Â
Sangat sering penulis di Kompasiana (kompasianer) disangka wartawan. Jangan-jangan ada pula yang mengaku wartawan Kompasiana untuk memikat gadis pepuja hati. Hehehe...
Blog warga terbesar di Indonesia ini, setidaknya demikian menurut primbon Mbah Gugel, diharapkan semakin menjadi rumah opini bermutu (voice) dan bukan rumah pertukaran "jotos-jotosan daring" (noise).
Saya menempatkan diri sebagai pembaca Kompasiana. Tentu saya ingin mendapatkan asupan gizi dari tulisan di Kompasiana, yang dianggit warga.
Penulis unggul, setia, dan "muda"
Di antara warga Kompasiana ini, ada pula penulis unggul yang tidak selalu harus disamakan dengan akun centang biru.Â
Banyak penulis unggulan adalah orang biasa, tanpa gelar akademik tinggi, namun piawai meracik tulisan bergizi. Kadang ada yang jarang menulis karena kesibukan, namun sekali menulis langsung ketahuan mutunya.Â
Beberapa tidak juga mendapat akun centang biru karena memang tidak atau belum memenuhi standar centang biru Kompasiana.Â
Di sisi lain, nyatanya sebagian besar pengisi konten di Kompasiana adalah penulis pemula. Terutama pelajar dan mahasiswa yang diminta mengirim tugas di Kompasiana. Kompasiana telah mewadahi mereka ini dalam rubrik Ruang Kelas.Â
Kelompok yang agak rutin menulis di Kompasiana bukan untuk tugas sekolah kiranya diisi oleh para penulis setia. Saya mungkin termasuk di dalamnya.Â
Jumlah pasti penulis setia ini saya perkirakan tidak lebih dari seribu orang jika kita ukur setiap bulan menulis minimal tiga karya.Â
Pendapatan Kompasiana tentu juga didapat dari penulis setia ini, selain kelompok penulis nugas yang jumlahnya jauh lebih besar.Â
Interaksi sosial antara penulis setia ini kiranya menjadi pengikat sehingga mereka betah nulis meski tidak mendapatkan keuntungan material, misalnya dari K-Rewards. Apalagi ada komunitas-komunitas di Kompasiana.Â
Bagaimana agar penulis unggulan, setia, dan  "muda" semakin nyaman di Kompasiana?Â
Kompasiana didukung oleh tiga kelompok yang berkelindan ini. Jawaban atas pertanyaan ini sangat luas. Saya sebagai pembaca dan penulis semenjana mencoba mengudar rasa saja di sini:Â
1. Keterbukaan informasi dalam K-Rewards.Â
Sejauh saya dengar, ada rencana membuka data jumlah views yang didapat setiap penulis secara rinci. Semoga ini bisa segera diwujudkan.Â
Tentu soal pembagian jumlah adalah kewenangan Kompasiana. Kami paham, grup KKG juga mengharapkan Kompasiana setidaknya tidak membebani, bahkan bisa menyetor pendapatan.Â
2. Memberi fasilitas yang sepadan bagi para penulis tulisan bermutu
Dulu peraih Artikel Utama diberi perhitungan lebih dalam K-Rewards. Kini tidak.Â
Penayangan artikel unggulan Kompasiana di Kompas.com juga perlu ditambah intensitasnya. Beberapa kali tayang dini hari sehingga sedikit yang membaca. Lebih baik tayang sebentar di jam kerja daripada tayang dini hari. Penulisnya saja sedang mimpi.Â
Perlukah admin menyapa para penulis unggul dan setia secara khusus? Menurut saya, perlu. Bisa sekalian memberi akses Kompasiana premium. Hadiah K-Rewards bisa ditambah akses Kompasiana Premium untuk waktu tertentu bagi yang memenuhi syarat.Â
Semoga yang jarang nulis tergerak"turun gunung" dan yang rutin nulis makin lancar jaya.Â
Admin juga bisa melibatkan para penulis unggul dan setia dalam menarik minat penulis "muda". Bukankah sempat ada pelatihan buat konten (via YouTube) dan berbagi pengalaman dengan admin dan kompasianer senior?Â
Komunitas di Kompasiana juga perlu disapa dan diberdayakan. Perlu diperhatikan, cara komunitas berkontribusi bagi Kompasiana bisa sangat beragam.Â
Tidak selalu kegiatan eksternal yang menarik sponsor. Kegiatan internal untuk mempertahankan orang menulis di Kompasiana juga adalah sumbangan berarti.Â
3. Penghargaan dan kuis untuk penulis "muda"
Sudah ada penghargaan untuk guru dan pelajar/mahasiswa dengan konten baik di Ruang Kelas. Ini baik sekali. Masalahnya, bagaimana menarik minat mereka untuk menjadi penulis setia?Â
Buatlah semakin banyak pembinaan peningkatan mutu tulisan lewat seminar di YouTube dan medsos Kompasiana. Adakan lomba yang menarik, bukan cuma jelang Kompasianival saja.Â
Penulis muda sangat suka kuis giveaway mini dengan challenge yang tidak sulit.  Selama ini, saya jarang lihat Kompasiana buat giveaway rutin di medsos. Medsos Kompasiana cenderung sunyi. Kelihatan dari interaksi terhadap kontennya dan mungkin juga pertambahan jumlah pengikut. Semoga saya salah.
Buat juga Kompasianival dengan tambahan kategori penulis "muda". Muda dalam arti pendatang baru, yang tentu belum saatnya "diadu" dengan penulis berpengalaman.Â
Ada beberapa gagasan lain, namun saya sudah meng-capek. Silakan tanggapi, admin dan rekan-rekan Kompasianer.Â
Salam sehat selalu. R.B.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H