Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis dan Jejak Digitalnya: Mengapa Tiga Sikap Mulia Menjadi Penting

3 November 2021   14:24 Diperbarui: 3 November 2021   14:34 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis dan Jejak Digitalnya-Foto oleh Anthony Shkraba dari Pexels

Menulis adalah mengabadikan gagasan. Demikian yang sering kita baca dan dengar. 

Menulis untuk publik adalah suatu kegembiraan yang berisiko. Gembira karena tulisan kita dibaca banyak orang. Cemas karena apa yang kita tulis juga punya risiko untuk diri kita dan pembaca. 

Di era komputerisasi digital, tulisan kita sungguh abadi dalam rupa jejak digital. Karena itu kita sebagai penulis perlu bersikap baik dan berperilaku mulia, juga dalam komentar singkat di media massa dan sosial. 

Saat ini pembaca dengan mudah membuat tangkapan layar tulisan, termasuk komentar kita. Jejak digital itu kejam. Apa yang coba kita hapus ternyata tidak bisa hilang dalam sesaat. 

Menjadi runyam kala jejak digital kita ternyata buruk dan dijadikan patokan oleh calon majikan dan bahkan calon pasangan hidup. 

Sebelum kiamat jejak digital itu mendekat, mari kita terapkan tiga sikap mulia sebagai penulis:

Pertama, perlakukan penulis dan pembaca seperti Anda ingin memperlakukan diri sendiri.

Ini adalah Hukum Emas yang universal dan berterima di hati semua insan. 

Jika tak ingin menyakiti diri, jangan menyakiti orang lain dengan tulisan dan komentar kita. Sesederhana itu. 

Kedua, pembaca berhak mendapatkan kebenaran dan manfaat dari tulisan kita

Apa gunanya menulis curhat yang memojokkan orang lain? Apa gunanya menulis ulasan politik yang dilandasi kebencian dan penuh argumentasi ad hominem? 

Cobalah tanyakan sebelum kita menulis dan mengunggah: apa manfaat tulisan saya ini untuk pembaca? 

Jika lebih banyak mudarat untuk masyarakat dan bikin gaduh, tidak usah menulis untuk publik. Tulis saja di buku harian. 

Jangan lupa, Indonesia sudah menerapkan UU ITE yang juga bisa menjerat kita. Belum lagi pasal karet pencemaran nama baik yang bisa digunakan orang untuk menjatuhkan kita. Siap hadapi tuntutan hukum? 

Ketiga, buatlah hidup berarti dengan tulisan mulia.

Tak semua orang memiliki kemampuan, kesempatan, dan akses menulis untuk publik. 

Bayangkan saudara-saudari kita yang harus bekerja sepanjang hari untuk menyambung hidup. Tak sempat menulis. 

Bayangkan mereka yang tak punya listrik dan internet. Nyaris mustahil mengunggah komentar di medsos. 

Berbahagialah kita yang punya kemampuan, kesempatan, dan akses menulis. 

Kita bisa menulis untuk berbagi kebaikan melalui karya tulis dan komentar kita di medsos. 

Hidup ini hanya sekali. Buatlah berarti dengan tulisan mulia. Tulisan sederhana penuh cinta lebih baik daripada tulisan hasil plagiat, tulisan asal sikat, dan asal viral sesaat. 

Tulisan ini adalah cermin untuk diri saya yang adalah orang paling sok bijak menasihati orang padahal diri sendiri amburadul. 

Salam sehat selalu dan salam literasi untuk semua sahabat Kompasiana dan pembaca budiman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun