Pernahkah Anda terkesima oleh sebuah karya tulis, namun kemudian kecewa setelah tahu bahwa penulisnya tidak jujur? Sakitnya tuh di sini, kata seorang pedangdut.
Saya pun pernah (dan masih) menjadi penulis tidak jujur. Tulisan ini bukan sindiran pada orang lain, melainkan sebuah "pengakuan dosa" publik.Â
Bertolak dari pengalaman pribadi sebagai pelaku dan korban ketidakjujuran, perkenankan saya membuat sebuah panduan pemeriksaan diri untuk diri saya dan juga rekan-rekan penulis budiman.
Oke, saya mulai dengan pengakuan dosa-dosa saya sebagai penulis (biarpun masih hijau).Â
Saya pernah mengolah ulang artikel anggitan jurnalis tanpa mencantumkan sumber. Seolah-olah hasil karya saya, padahal hanya olahan saja dari satu karya tulis.
Saya juga kadang lupa mencantumkan sumber. Juga kadang memberi bumbu yang kelewatan agar tulisan makin bombastis dan dilirik pembaca.Â
Saya pernah juga menyinggung perasaan sejumlah pembaca. Meskipun mungkin tak sengaja, tetap saja tulisan saya pernah menyakiti hati orang dan atau kelompok tertentu.
Saya juga pernah mengunduh karya orang (yang berhak cipta dan berhak ekonomi) dalam rupa dokumen digital tanpa membayar sepeser pun atas nama "mencari ide menulis". Ini adalah pelanggaran hak dan hukum yang (seharusnya dianggap) serius.
Pernah jadi korban ketidakjujuran penulis lain
Saya pun pernah jadi korban ketidakjujuran penulis lain. Wujudnya adalah penjiplakan atau plagiat artikel yang saya tulis dengan susah payah.Â
Ada pula media-media abal-abal yang hobi mengunggah ulang secara otomatis artikel Kompasiana tanpa izin penulis sebagai pemilik konten. Kompasiana berjanji akan melakukan upaya pencegahan agar hal ini tidak terjadi. Semoga demikian.
Saya tahu rasanya mengecewakan dan dikecewakan dalam dunia tulis-menulis.Â
Penulis dan kejujuran hati pada pembacanya
Kejujuran penulis pada pembacanya mencakup aneka bidang: pencantuman sumber tulisan, pencantuman inspirasi penulisan, dan perlindungan hak ekonomi dan hak cipta penulis lain.
Pertama, mengenai pencantuman sumber penulisan, ada dua ekstrem:
Ekstrem pertama: tidak (atau malas) mencantumkan sumber penulisan sehingga seolah-olah tulisan itu karya asli kita.Â
Ekstrem kedua: mencantumkan sumber secara berlebihan sehingga tampak keren, padahal sumber-sumber rujukan tidak nyambung dengan artikel kita.Â
Jatuh ke dalam (satu dari) dua ekstrem itu adalah wujud ketidakjujuran kita sebagai penulis pada pembaca tulisan kita.Â
Kedua, mengenai inspirasi penulisan, kita tentu ingat kontroversi kala tulisan-tulisan tertentu disinyalir terinspirasi secara kuat oleh karya orang lain, tanpa memberi pengakuan pada sumber inspirasi.Â
Umpama, sebuah cerita pendek karya NN ternyata adalah saduran saja dari cerpen karya ZZ (dalam bahasa asing). Si NN sengaja tidak mencantumkan keterangan bahwa cerpennya adalah saduran.Â
Lain halnya ketika kita tidak sengaja menulis karya yang mirip dengan karya orang lain, tanpa kita merencanakannya. Juga ketika kita telah berusaha mencari informasi mengenai sumber inspirasi penulisan, namun tak berhasil.
Saya mencantumkan keterangan pada bagian akhir cerpen-cerpen picisan saya, yang terinspirasi dari karya orang lain. Baca: Istri Tersayang dan Klakson Malam
Ketiga, mengenai hak ekonomi dan hak cipta penulis.
Saya telah mengupas tuntas dalam sejumlah tulisan saya di Kompasiana ini. Sila baca Hukum, Etika, dan Tata Cara Menerjemahkan Karya Orang Lain. Simak pula Penulis Punya Hak Ekonomi dan Moral, Lawan Jika Dilanggar.
Pada intinya, kita sebagai penulis memiliki hak ekonomi dan hak cipta atas anggitan kita. Kita pun diajak menghormati hak ekonomi dan hak cipta penulis lain.Â
Wasana kata, jika mau, silakan memeriksa diri dengan pertanyaan-pertanyaan kritis pada diri Anda: sudahkah aku menjadi penulis yang jujur di hadapan pembacaku?
Saya, sih, merasa masih jauh sekali dari kejujuran hati itu. Mohon maaf sebesar-besarnya. Mari kita saling mengingatkan dan mendukung dalam jalan menebar kebaikan melalui tulisan.
Salam literasi dan salam sehat. Ruang Berbagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H