Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis dan Saling Mendidik: Jalan Kebaikan Mengisi Kemerdekaan

17 Agustus 2021   05:32 Diperbarui: 17 Agustus 2021   09:30 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Bung Karno di Situs Sel Penjara Banceuy- Tribun Jabar/Ery Chandra

"Kemerdekaan adalah karunia yang wajib kita syukuri dan kita isi dengan sepenuh hati." (Ruang Berbagi)

Perjalanan panjang negara tercinta, Republik Indonesia hari ini mencapai titik penting. Genap 76 tahun bangsa kita merdeka. Dirgahayu Republik Indonesia!

Perjuangan para pahlawan kemerdekaan yang telah menumpahkan darah dan keringat tanpa mengharapkan balasan patut kita kenang. Banyak di antara mereka menjadi pahlawan tak dikenal, yang bahkan tidak ditemukan lagi rimbanya. 

Perjuangan para pejuang dari segala latar belakang suku, agama, dan ras demi kemerdekaan Indonesia patutlah kita lanjutkan dengan menggalang semangat persatuan. 

Literasi sebagai kunci perjuangan bangsa

Mustahil bangsa kita meraih kemerdekaan tanpa peran tokoh-tokoh yang sadar akan pentingnya literasi dan edukasi. Proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta adalah cendekiawan yang gemar melahap bacaan adikarya.

Para pemuda-pemudi perintis aneka kelompok generasi muda pada masa sebelum kemerdekaan adalah insan-insan yang sudah mengalami "pencerahan intelektual" mengenai dampak penjajahan.

Banyak pula pahlawan pergerakan dan perjuangan nasional kita yang berjuang dengan pena dan mesin tik. Sebut saja Dewi Sartika dan Maria Walanda Maramis. Kemampuan diplomasi untuk menggalang dukungan dari negara-negara lain juga mengandaikan kecerdasan yang memadai. 

Kemerdekaan sejati dimulai dari orang-orang yang memiliki tingkat literasi memadai. Tanpa literasi, mustahil berdikari. 

Menulis dan saling mendidik: jalan kebaikan mengisi kemerdekaan

Menulis dan saling mendidik melalui sapaan dan teguran adalah jalan kebaikan mengisi kemerdekaan. Sebuah tulisan bisa sekaligus berfungsi sebagai wahana untuk saling mendidik sebagai bangsa.

Tengoklah, misalnya, tulisan almarhum Jacob Oetama, sang pendiri Kompas.

"Kesuksesan tidak diraih dengan cara-cara tidak etis... melainkan dengan mengembangkan diri dalam rel-rel etika meraih sukses. Yakni mengembangkan sikap dan semangat meraih sukses lewat perjuangan keras yang keluar dari dalam diri sendiri. Tidak melihat ke luar tetapi ke dalam"

(Tulisan Jakob Oetama di balik sampul buku Menjaga Api, karya Agung Adiprasetyo).

Seandainya tulisan Jacob Oetama ini kita camkan, padamlah hasrat diri untuk korupsi dan saling sikut demi meraih kesuksesan nan semu. 

Kita pun seharusnya menjadi penulis yang saling mendidik

Pada hakikatnya, setiap orang adalah penulis. Beberapa orang sudah "berani" dan terbiasa menulis anggitan bermanfaat di media massa, media sosial, dan blog warga seperti Kompasiana ini. Beberapa masih malu-malu memendam bakat. 

Kita dipanggil untuk menjadi penulis yang saling mendidik demi kebaikan bangsa dan negara kita. Cobalah kita perbanyak tulisan berfaedah, juga melalui curhat atau komentar di media sosial. 

Syukur-syukur, kita berani menyusun karya bermutu yang kita kirimkan dan kita unggah untuk dibaca orang banyak. Apa saja yang baik boleh saja kita bagikan lewat tulisan. 

Humor santun, puisi, renungan agama, opini, catatan harian, dan apa saja yang membangun diri dan orang lain bisa kita publikasikan. Siapa tahu, tulisan kita bisa bermanfaat bagi pembaca. 

Jika tidak setuju dengan suatu pendapat, tulislah tulisan tanggapan secara santun dan argumentatif. Inilah cara dialog intelektual yang saling mencerdaskan. 

Jika jengkel dengan layanan publik tertentu, tuangkanlah saran secara terstruktur dan santun. Inilah cara membangun negara melalui hal sederhana. 

Satu prinsip sederhana yang perlu kita terapkan dalam menulis: "Satu kata bisa mengubah dunia menjadi lebih baik, tetapi juga bisa menghancurkan relasi dalam sekejap."

Oleh karena itu, pikir baik-baik sebelum menulis dan mengunggah ke ruang publik. "Perlakukanlah orang lain dengan cinta, sebagaimana engkau ingin diperlakukan dengan cinta yang sama."

Mari menulis tentang kebaikan dan demi kebaikan. 

Akhirulkalam, izinkan saya mengutip nasihat Bung Karno: "Apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun."

Selamat mengisi kemerdekaan dengan berbagi kebaikan dan saling mendidik melalui tulisan. Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun