Kedua, Yesus belajar Yunani dari para murid-Nya. Kita tahu, sebagian besar murid Yesus adalah nelayan dan orang-orang di sekitar Danau Galilea yang menjadi pusat ekonomi pada saat itu. Bahasa Yunani koine (pergaulan) dikuasai dengan baik oleh para murid Yesus.
Hikmah bagi kita
Kita perlu memahami Yesus dalam kemanusiaan-Nya yang tentu tidak serta-merta menguasai bahasa-bahasa secara tiba-tiba. Yesus juga belajar dengan susah-payah seperti kita.
Yesus pun secara cerdik memanggil para murid-Nya dan melibatkan pula para wanita sebagai bagian dari rombongan misi-Nya. Yesus memang Allah, namun bukan berarti Ia tidak memerlukan bantuan manusia dalam karya-Nya.
Kita bisa membayangkan betapa rendah hatinya Yesus sebagai seorang yang belajar bahasa. Ketika Ia mulai berkarya di sekitar Danau Galilea pada usia sekitar 30 tahun, mungkin Yesus belum lancar berbahasa Yunani dan memerlukan bantuan penerjemahan dari para murid-Nya.
Yesus sejatinya adalah teladan bagi setiap orang yang belajar: pelajar, mahasiswa, dan pembelajar. Yesus tekun dan rendah hati mempelajari hal baru. Kita bisa membayangkan, Yesus adalah pembelajar sejati yang belajar tanpa henti dari siapa pun, termasuk para murid-Nya sendiri.
Justru berkat kerendahan hati-Nya dan kepekaan-Nya pada hal-hal sederhana itu, banyak orang kagum pada mutu pengajaran Yesus.
Yesus sungguh menyemangati kita agar rendah hati dan terbuka mempelajari hal-hal bermanfaat, meskipun itu sulit dan tidak menyenangkan.
 ***
Diolah dari naskah yang terbit di sebuah majalah. Artikel berhak cipta. Hanya untuk dimuat di Kompasiana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H