Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Baliho Politikus dan Nasib Wong Cilik Negeri "Hahaland"

9 Agustus 2021   06:05 Diperbarui: 13 Agustus 2021   02:20 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Padli Pradana dari Pexels

Di sebuah negeri bernama Hahaland, profesi komedian belakangan ini ramai diserbu orang yang bukan komedian. Para politikus tetiba terjun juga membuat kelucuan. Sayangnya, kelucuan itu lebih garing dari humor bapack-bapack.

Mau contoh humor bapack-bapack yang bikin meng-senyum tipis-tipis? Ini contohnya:

"Tahu nggak artis yang jago menghentikan pembicaraan?" tanya Bapak Asep Markosep pada Bapak Ucup Markucup.

"Enggak tahu," jawab Pak Ucup Markucup.

"Titik Puspa," kata Pak Asep Markosep. 

-krik...krik..krik...-

Contoh lain:

"Tomat apa yang berbahaya bagi anak-anak bucin?" selidik Pak Unyu Sikunyu

"Wah, tomat apa ya?" jawab Pak Meong Markeong

"Tomat love will kill you"

-zz..zz...zz-

Ah sudahlah, humor babe-babe cuma begitu doang. Itu sih menurut Gen-Z. Menurut istri-istri mereka, lucu juga kok humor bapak-bapak. Iya, nggak dong? Kalau bisa ngasih kenapa nodong?

Kembali ke laptop. Belakangan ini sebagian politikus Hahaland membuat joke yang garing bingitz. Mereka ramai-ramai pesan baliho jumbo. 

Pesannya pun sangat menghibur, setidaknya menurut  yang memesan. Umpama: "Jangan memilih aku, bila kau tak sanggup setia...kau tak mengerti aku...diriku yang pernah terluka" Hmm..kok malah jadi autonyanyi sendiri, ya? Kok mirip lagunya duet yang sempat ngehitz pada masa muda bapak-bapak, ya?

Ada lagi baliho lain yang tak menang lucu (biasanya kalah, sekali-kali menang lah): "Baliho ini dipasang bukan karena Pemilu, tetapi karena saya lagi halu. Sekali lagi: baliho ini bukan demi mencari suara, tapi demi Moore." Oh, okelah kalau begincu. Setidaknya sadar bahwa dirinya lagi halu. Uhm, kok kayaknya mirip artis jadoel, ya? 

Sebenarnya sih, tidak masalah memasang baliho. Cuma sayang, kenapa baliho tidak ditunda dulu. Wong cilik negeri Hahaland sedang menderita.

Sebelum pandemi melanda, rakyat Hahaland masih bisa halan-halan walau cuma di sekitar kota sendiri. Sekarang masih ada PPKM alias Pergi Paling ke Kamar Mandi. Kasihan bener.

Belum lagi nasib jomlo-jomlo negeri Hahaland yang terdampak PPKM Level 4: Pacaran Puluhan tahun Kemudian Menghilang. Duh, dighosting itu sakitnya tuh di hati banget. 

Cukuplah dighosting mantan, tak perlu dighosting baliho. Bukankah Pemilu masih jauh, seperti jomlo merindukan bulan?

Salam peduli! Penulis adalah anggota JoJoBa (Jomlo-Jomlo Bahagia) Hahaland Raya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun