Hoaks kesehatan memang menyasar, antara lain, orang-orang yang takut berobat secara medis dan atau orang yang kesulitan akses kesehatan.Â
Hoaks kesehatan biasanya juga diberi judul dan klaim yang bombastis agar pembacanya tertarik membaca dan membagikan.
3. Mengatasnamakan ahli dan lembaga, padahal bohong
Ciri ketiga hoaks kesehatan adalah mengatasnamakan ahli dan lembaga (kesehatan), padahal cuma bohong belaka.Â
Hati-hati dengan pesan yang mengatasnamakan menteri, dokter, lembaga tertentu tetapi tidak ada utas (link) ke berita surat kabar atau situs tepercaya (misalnya Kompas.com).
Orang bisa saja membuat pesan lalu menambahkan nama ahli dan lembaga agar pesan itu seolah benar. Juga sering terjadi, orang membuat narasi dengan mencatat nama situs tertentu, tetapi link atau utas yang diberikan tidak terkait dengan narasi yang ditulis.
Banyak video juga dibuat asal-asalan tanpa kredibilitas. Bisa saja orang membuat video orang berbicara atau mengucapkan narasi, lantas diberi embel-embel: penjelasan dokter atau ahli ini-itu.Â
Biasakan cek berkali-kali ke situs resmi dan atau bertanya pada yang lebih tahu (kenalan nakes, misalnya) sebelum membagikan video kesehatan.
Tips agar tidak jadi korban dan pelaku penyebaran hoaks:
1. Kenali kelemahan diri AndaÂ
Hoaks cenderung dibagikan oleh orang yang kurang akrab dengan metode memeriksa informasi ke situs-situs tepercaya.Â